Kisah Pencuri Kain Kafan dan Sepulu Kelompok Manusia Oleh: Masykur H Mansyur (Unsika Karawang)





Ada Sepuluh Kelompok Manusia Tidak Masuk Surga


قال إبن عباس رضي الله تعالي عنهما عن النبيّ ص.م. عَشَرَةُ أَصْنَافٍ مِنْ أُمَّتي
لاَ يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ تَابَ أَوَّلُهُمُ الْقَلاَعُ وَالْجَيُّوْفُ وَالْقَتَّاتُ وَالْدَّيْبُوْبُ والدَّيُّوثْ وَصَاحِبُ الْعَرْطَبَةِ وَصَاحِبُ الْكُوْبَةِ وَالْعَتْلُ وَالْزَّنِيْمُ وَالعاَقُ لِوَالِدَيْهِ.

            Ibnu Abbas berkata, dari Rasulullah saw. Ada sepuluh macam dari umatku yang tidak akan masuk surga kecuali bertaubat. Kesepuluh macam penyebab tersebut; yaitu 1. Al-Qalaa’. 2, al-Jayyuf. 3, al-Qattaat. 4, al-Daybuub. 5, al-Dayyuts. 6, Shaahib al-‘Arthabah. 7, Shaahib al-Kuubah. 8, al-‘Atlu. 9, al-Zaniim dan 10, al-‘Aaqul Walidain.
Para shahabat berkata apakah al-Qalla’ itu?, Beliau menjawab orang-orang yang  berjalan di hadapan raja untuk berdusta dan mengadu-ngadu. Siapakah al-Jayyuf itu? Beliau menjawab orang yang mencuri kain kafan kuburan.
(Cerita dari sebagian orang salaf, ‘Di kampung kami ada seorang pencuri kain kafan jenazah. Sementara di kampung itu juga ada seorang ahli hikmah yang shaleh. Ketika kematiannya mulai mendekat, ia memanggil si pencuri kain kafan dan berkata, “Aku mendengar bahwa kau adalah seorang pencuri kain kafan jenazah. Kematianku tak lama lagi, dan aku telah siapkan kain kafanku, maka ambillah sekarang dan jangan kau merusak kuburku. “Si pencuri kain kafan memenuhi permintaannya tersebut.
Ketika meninggal, si pencuri mendengar kematiannya. Isteri sang ahli hikmah pun berkata kepada si pencuri, “ingatlah kau akan perjanjianmu dengan ahli hikmah”. Ketika mayat si ahli hikmah dikuburkan, maka timbul niat di hati si pencuri untuk mencuri kain kafannya. Maka si isteripun kembali mengingatkan, “Jangan kau lakukan!”. Namun ia tak peduli pada tegurannya dan menggali kuburan si ahli hikmah untuk mencuri kain kafannya.
Ketika kuburannya digali, ia melihat mayatnya sudah didudukkan. Salah satu Malaikat Munkar dan Nakir berkata pada si pencuri, “Ciumlah kedua kakinya”, Si pencuri menjawab, “Tidak ada apa-apa. Kedua kakinya tidak pernah berjalan ke tempat-tempat maksiat”. Malaikat tadi berkata, “Ciumlah kedua tangannya”, si pencuri menjawab, “Kedua tangannya tidak pernah melakukan kemaksiatan”. Malaikat berkata, “Ciumlah kedua matanya”. Si pencuri menjawab, “Kedua matanya belum pernah melihat hal-hal yang diharamkan.’ Malaikat berkata, “Ciumlah salah satu telinganya!” Si pencuri mencium salah satu telinganya, namun tak mencium apa-apa, kemudian ia pindah mencium yang satunya, tiba-tiba ia terhentak dan diam sejenak,”
Malaikat bertanya, “Apa yang kau temukan?” Si pencuri menjawab, “Bau tak sedap”. Malaikat bertanya, “Tahukah kau bau apakah itu?” Ia melanjutkan, bau tak sedap itu lantaran salah satu telinganya mendengar cerita dari salah seorang yang tengah berselisih lebih banyak dibanding yang lain, maka tiuplah”. Maka si pencuri itu pun meniupnya. Tiba-tiba muncul dari dalam telinganya api yang sangat besar dan menyambar penglihatannya hingga ia buta. Cerita ini terdapat dalam buku ‘Qam’un Nufus’).
Rasulullah saw ditanya siapakah al-Qattat itu”? Beliau menjawab, orang yang mengadu-ngadu. (Muadz ra bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu tentang ayat ini.
 يَوۡمَ يُنفَخُ فِي ٱلصُّورِ فَتَأۡتُونَ أَفۡوَاجٗا ١٨
‘Pada hari itu sangkakala ditiupkan, lalu kalian datang secara berkelompok-kelompok’. Rasul saw menjawab, “Ya Muadz, kau bertanya tentang hal besar”.(al-Naba’ 78 : [18].
Kemudian kedua mata beliau yang mulia seketika itu menangis, lalu berkata, “Akan dikumpulkan sepuluh golongan dari umatku, dalam keadaan yang bermacam-macam. Allah membeda-bedakan mereka diantara kaum muslimin dan menampakkan bentuk-bentuk mereka. Diantara mereka ada yang berwujud kera, sebagian berwujud babi, sebagian ada yang dijungkir balikkan kaki-kaki mereka dan wajah mereka digusur di atas  kaki-kaki mereka. Sebagian buta, mereka ragu-ragu. Sebagian bisu, mereka tak dapat mengerti apa-apa.
Sebagian ada mengunyah lidah mereka sendiri dalam keadaan tergantung, nanah dari mulut mereka meleleh hingga ke dada seperti air liur, sehingga orang-orang yang melihatnya merasa jijik. Sebagian memotong sendiri tangan dan kaki mereka. Sebagian ada yang disalib di atas sebatang pohon dari api. Sebagian ada yang lebih busuk dibanding bangkai. Sebagian ada yang diberi pakaian dari jilbab yang sempurna yang terbuat dari api neraka.
Mereka yang berbentuk kera adalah orang yang suka mengadu-ngadu. Mereka yang berwujud babi adalah orang yang suka makan dan mencari usaha dalam hal haram, seperti suap. Mereka yang menjungkirbalikkan kepala dan wajah mereka  adalah orang yang suka memakan barang riba. Orang yang buta adalah orang zalim dalam menetapkan hukum. Orang yang bisu adalah orang yang merasa bangga atas pekerjaan mereka. Orang yang mengunyah lidahnya sendiri adalah ulama dan pencerita yang tidak sejalan dengan apa yang mereka katakan.
Orang yang memotong tangan dan kaki sendiri adalah orang yang menyakiti para tetangganya. Orang yang disalib di sebatang pohon dari api adalah orang yang suka pergi menghadap penguasa. Orang yang lebih busuk dibanding bangkai adalah orang yang menikmati hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, kemudian mencegah hak Allah atas hartanya. Mereka yang dikenakan pakaian jilbab dari api neraka adalah orang yang suka berbangga-bangga diri dan sombong. Demikian yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani}.
Sahabat bertanya, Siapakah Daibub itu?. Beliau menjawab “orang yang mengumpulkan beberapa gadis di rumahnya untuk perbuatan zina”. Siapakah Dayyuts itu?. Beliau menjawab, orang yang tidak cemburu pada isterinya. Siapakah shaahibul ‘Arthabah itu ?. Beliau menjawab orang yang menabuh gendang. Siapakah shaahibul kubah itu ?. Beliau menjawab, orang yang menabuh tambur, Siapakah al-‘Atlu itu?, beliau menjawab orang yang tak menerima maaf dari orang lain. Siapakah al-Zaniim itu, Beliau menjawab, orang yang dilahirkan dari perbuatan zina, kemudian ia duduk di tengah jalan untuk mengumpat orang lain.
Dan yang terakhir adalah orang yang durhaka pada kedua orang tuanya. (Batasan durhaka itu adalah semua hal yang dilakukan oleh seorang anak yang dapat menyakiti kedua orang tuanya, meskipun hal itu tidak terkait dengan hukum Allah. Misalnya ia memarahi orang tuanya dihadapan orang lain. Atau tidak berdiri untuk menghormatinya dihadapan orang lain sehingga membuat mereka tersinggung, dan seterusnya).
Demikan terimakasih wallahu a’lam.
Sumber: Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashâ’ihul ‘Ibâd.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.