Khutbah Jum’at : Hati yang Berkarat Oleh: Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)



Dalam diri manusia terdapat hati. Al-Ghazali dalam Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin mengatakan  hati  memiliki dua pengertian.
      1. Daging yang berbentuk lentur yang terdapat di sebelah kiri dada manusia dan di dalamnya  terdapat rongga berisi darah hitam. Hati merupakan sumber dan tambang bagi roh. Daging dalam bentuk seperti ini juga terdapat pada hewan serta manusia yang sudah meninggal dunia.
2    2. Yaitu benda yang sangat halus yang didominasi oleh sifat ruhani atau spiritual. Seluruh anggota tubuh mempunyai hubungan dengan benda yang satu ini. Benda yang sangat halus inilah yang mampu mengenali Allah Ta’ala dan menjangkau semua yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran serta angan-angan. Dan dari hati itulah hakikat manusia dinilai oleh Allah. Makna ini ditunjukkan melalui firman-Nya dalam surat Qaf 50 [37].
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيدٞ ٣٧
37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.

Oleh karena itu jika hati ini baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya, sebaliknya jika ia buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّه أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ ُ  
Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)
Hati yang baik akan  bercahaya sedangkan hati yang buruk tentu akan redup bahkan bisa mati ditutup dengan noda hitam, karena penuh dengan salah, dosa serta maksiat. Baik itu kepada Allah maupun kepada sesama  mahluk lainnya. Rasulllah mengistilahkannya dengan ران (raan)  Hati itu akan bercahaya sekira pemilik hati merawatnya dengan baik. Kalau hati ini tidak dirawat dengan baik maka ia akan menjadi hitam  pekat. Bagi pemilik hati yang hitam dia akan  semakin cinta dan rakus kepada dunia, tanpa sikap wara’. Orang seperti ini akan terus menerus mengumpulkan dunia tanpa merasa puas, sampai melakukan dengan cara-cara yang diharamkan menurut ajaran  moral dan agama.. Itulah sebabnya apabila seorang hamba melakukan suatu dosa maka akan ada titik hitam di hatinya. Rasulullah mengingatkan dalam sabdanya: hadits dari Abu Hurairah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَالله في القران  كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ١٤
TIRMIDZI - 3257) : dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu beliau bersabda: "Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka di titikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan "Ar raan" yang Allah sebutkan: kallaa bal raana 'alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun.(QS. Almuthaffifin 14). Ia berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara membersihkan hati yang berkarat tersebut supaya bercahaya kembali. Ada dua cara dalam membersihkan hati yang berkarat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوبَ تَصْدَأُ، كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيدُ إِذَا أَصَابَهُ الْمَاءُ " قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا جِلَاؤُهَا  قَالَ: " كَثْرَةُ ذِكْرِ الْمَوْتِ وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ روى البيهقي "
“Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: sesungguhnya hati ini berkarat seperti berkaratnya besi jika terkena air. Lalu beliau ditanya: Apa pembersihnya? Sabda beliau: banyak mengingat mati dan membaca Al-Quran.” (HR: Albaihaqiy).
Adapun dua cara tersebut adalah;
1.       Mengingat Mati
Luqman al-Hakim berpesan kepada putranya, wahai putraku, “maut adalah sesuatu yang engkau tidak pernah tahu kapan ia akan menjemputmu. Bersiaplah menjemputnya, sebelum ia datang mendadak kepadamu”. Diantara manusia, ada orang yang jarang mengingat kematian. Begitu ingat kematian ia spontan tidak menyukainya, karena ia sudah hanyut tenggelam dengan kesenangan-kesenangan duniawi. Hal ini jelas membuatnya semakin jauh dari mengingat kematian dan dari Allah swt. Padahal bagaimanapun kita lari darinya, sesungguhnya kematian itu pasti akan menemuinya.
Allah berfirman dalam surah al-Jumu’ah 62 [8]
قُلۡ إِنَّ ٱلۡمَوۡتَ ٱلَّذِي تَفِرُّونَ مِنۡهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمۡۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ٨
8. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian  itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Prof. Hamka dalam  menafsirkan pangkal ayat ini adalah katakanlah sesungguhnya maut yang kamu lari dari padanya itu. Kamu lari daripadanya karena kamu sangat takut menghadapinya. Karena kamu sangat cinta akan hidup di dunia ini. Karena kamu ingin hendak hidup seribu tahun (surah al-Baqarah 96). Kemanapun kamu lari, sungguh ia akan menemui kamu, kemana kamu akan lari mengelak dari maut ? padahal di tempat akan bersembunyi itulah ia menunggu. Kamu bersembunyi di dalam peti yang pengap, supaya Malaikat Maut jangan masuk menjemput nyawamu, namun karena pengap itulah kamu akan mati. Kamu lari ke dalam lautan yang dalam, maka di dasar laut itulah mati menunggumu.
ومَنْ هَابَ أَسْبَابَ الْمَنَايَا يَنَلْنَهُ وَلَو رَامَ أَسْبَابَ السَّمَاءِ بِسُلَّمِ
Barang siapa yang takut akan sebab-sebab kematian, pastilah dia menemuinya. Walaupun akan didakinya tingkat-tingkat langit dengan tangga.
2.      Membaca al-Qur’an
Al-Qur’an adalah Kalamullah. Dalam al-Qur’an misalnya ada ayat yang menjelaskan bahwa ia adalah obat bagi penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit fisik. Al-Qur’an surat al-Isra’ 17 [82]
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا
82. Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Semakin seseorang memperbanyak membaca al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka karat yang ada di hatinya akan semakin berkurang, bahkan akan menghilang.
Kemanapun akan menyembunyikan diri, teropong penglihatan Tuhan tidak pernah lepas dari diri mereka. Dan semuanya kelak akan diperhitungkan di hadapan hadirat Allah dengan saksama. Kebohongan, iman yang pura-pura, kerakusan pada dunia, membanggakan diri, tetapi takut mati, semuanya itu adalah keruntuhan jiwa yang akan dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Tuhan. Wallahu a’lam bi al-shawaab
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.