Mimpi Syeikh
Ibnu Mujahid, bahwa Rasulullah mencium diantara kedua mata asy-Syibli.
Munajat
Abubakar asy Syibli dan Mimpi Ibnu Mujahid.
Adalah
Abubakar asy-Syibli “Dalfah bin Jahdar” namanya. Lahir dan besar di Baghdad,
menemani Syeikh Junaid dan orang-orang yang semasa dengannya. Bermadzhab Maliki, hidup selama 87
tahun, dan meninggal pada tahun 334, dan dimakamkan di Baghdad. Ia termasuk
pembesar orang yang arif billah. Ia berkata dalam munajatnya, “Sesungguhnya aku
ingin menghadiahkan seluruh kebaikan dan kefakiranku kepada-Mu (yakni seluruh
kebutuhanku terhadap kebaikan),
kelemahanku (dalam hal ibadah), bagaimana Engkau tidak ingin, wahai
Tuhanku, untuk memaafkan seluruh kesalahanku, serta ketidak butuhan-Mu
terhadapku (sebab sesungguhnya dosa-dosaku sedikitpun tidak merugikan-Mu dan
kebaikanku sedikitpun (tidak memberi-Mu manfaat)
Aku
diberi ijazah oleh seorang fadhil (utama) untuk membaca tiga bait dalam Kitab
Bahril Wâfir, setelah shalat jum’at sebanyak tujuh kali, yaitu
إلهي لست للفرد وسي أهلا .
ولا أقوى على النار الجحيم . فهب
لى توبة واغفرذنوب.
فإنك غا فر الذنب العظيم . وآملنى مُعا مَلَة الكريم . وثا بتنى على
النهج القويم .
Wahai Tuhanku aku bukanlah (calon penghuni surga) Firdaus. Tapi aku
(juga) tidak kuat atas api neraka Jahannam. Maka anugerahkanlah kepadaku taubat
dan ampunilah dosa-dosaku.
Karena sesungguhnya Engkaulah yang mengampuni dosa yang besar. Dan
pergaulkanlah aku dengan orang-orang mulia. Dan, teguhkanlah aku atas jalan
yang lurus.
Konon, asy-Syibli mendatangi Seikh
Ibnu Mujahid. Syeikh Ibnu Mujahid pun merangkul dan mecium diantara kedua
matanya. Ketika ditanyakan mengenai hal tersebut, Ibnu Mujahid menjawab, “Aku
melihat Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam mimpiku dimana
as-Syibli menghadap kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Beliau pun berdiri menerima kehadirannya lalu mencium di antara kedua matanya.
Aku pun bertanya kepada beliau, ‘Wahai
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, mengapa kau lakukan hal
tersebut terhadap asy-Syibli?’
Beliau menjawab, ‘Ya, sebab setiap
kali ia selesai shalat fardhu, ia selalu membaca;
لَقَدۡ
جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ … إلى أخرلآية
Asy-Syibli
berkata, semoga rahmat Allah terlimpahkan untukmu, ‘Wahai Muhammad’. Maka aku
pun bertanya kepada asy-Syibli tentang apa yang telah dibacanya setelah shalat
fardhu, maka jawabnya ia telah membaca apa yang telah dijelaskan oleh
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam itu.
(Disalin dari buku Nashâ’ihul ‘Ibâd
Untaian Nasihat Bagi Para Hamba. Oleh: Syekh
Nawawi al-Bantani. Penerjemah,
Gufron Hasan, Penerbit Republika, 2014, hlm. 22-24).