• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Khutbah Jum’at Pelajaran dari Musibah Oleh; Masykur H Mansyur (IAIN Cirebon DPK Unsika)


Khutbah Jum’at Pelajaran dari Musibah
Oleh; Masykur H Mansyur (IAIN Cirebon DPK Unsika)

Sudah banyak diketahui bahwa Indonesia adalah wilayah yang rawan gempa. (Ahad, 29/07/2018) pun terjadi gempa bumi 6,4 SR di Lombok. Kemudian tanggal 28/09/2018 terjadi gempa bumi 7,4 SR di Palu dan Donggala Sulawesi Tengah. Jumlah korban nyawa dari gempa tersebut berjumlah ribuan orang. Dalam buku “Bencana Alam dan Bencana Anthropogene” (Sukandarrumidi, 2010: 27) menyebutkan bahwa “Wilayah Indonesia berlokasi di kawasan yang rawan gempa. Indonesia terletak pada lajur sumber gempa yang membentang sepanjang tidak kurang dari 5.600 km.” Maka sudah seyogianya -selain antisipasi sejak dini- fenomena alam ini mesti diambil hikmahnya.
Sebagai seorang muslim, kita harusnya meyakini bahwa setiap apapun yang terjadi di alam ini, termasuk musibah dan bencana, adalah atas kehendak Allah SWT. dan hal ini dapat dijadikan ibrah atau pelajaran bagi kita semua. Musibah dan bencana, termasuk hidup dan mati, bisa jadi merupakan ujian dari Allah SWT untuk umat manusia, siapa diantara manusia yang baik amalnya. 
Adapun pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa gempa ini adalah;
1.      Ujian dari Allah.
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Mulk [67: 1-2]
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ
 وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ ٢
1. Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
Demkianlah cara Allah menguji manusia siapa diantara hambanya yang paling kuat imannya, dan apapun bentuk bencana ini sebagai orang yang beriman tentunya dapat menerima ketentuan Allah disertai dengan ikhlas dan sabar.
2.      Sebagai bahan introspeksi diri
Segala yang terjadi di alam, menurut paradigma agama Islam, pada dasarnya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang perlu dijadikan sebagai media untuk mengintrospeksi diri.
Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"
Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!". Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.
Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.
Oleh karena itu peristiwa gempa yang terjadi akhir-akhir ini janganlah dijadikan sebagai bahan penyesalan yang tidak berkesudahan, jangan pula berkeluh kesah yang berkepanjangan sehingga putus dari rahmat Allah. Sudah seharusnya sebagai muslim, hendaknya kita memperbanyak istighfar, dzikir dan bertaubat kepada-Nya.
3.      Meninggikan derajat dan mengurangi dosa
Tanpa disadari seseorang berbuat salah yang menyebabkan dirinya berlumuran dosa. Dan Allah memberikan musibah kepadanya sebagai konsekwensi atas dosa dan kemaksiatan yang dilakukannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw.َ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ قَالَ أَبُو دَاوُد زَادَ ابْنُ نُفَيْلٍ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ اتَّفَقَا حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى
(ABUDAUD - 2686) : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad An Nufaili, dan Ibrahim bin Mahdi As Salami secara makna, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Al Malih dari Muhammad bin Kholid. Abu Daud berkata; telah berkata Ibrohim bin Mahdi As Salami; dari ayahnya dari kakeknya dan ia pernah menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. ia berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba, apabila pernah memiliki kedudukan dari Allah, yang tidak ia peroleh dengan amalannya maka Allah mengujinya pada jasadnya, harta, atau pada anaknya." Abu Daud berkata; kemudian Ibnu Nufail menambahkan; kemudian Allah memberikan kesabaran atas hal tersebut. -kemudian keduanya lafazhnya sama-: "Hingga Allah menyampaikannya kepada kedudukan yang dahulu ia peroleh dari Allah ta'ala."
4.      Momentum bertaubat kepada Allah
Jika umat menginsafi diri dan merasa masih banyak kemaksiatan yang dilakukan, maka gempa bumi sebagai peringatan untuk segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Pada Surah Al-A’raf [8:155] disebutkan bahwa saat Musa ‘Alaihissalam memilih 70 orang dari kaumnya untuk bertaubat; dan saat mereka ditimpa gempa bumi, maka yang dilakukan Nabi Musa ‘Alahissalam segera mengingat Allah dan bertaubat kepada-Nya.
وَٱخۡتَارَ مُوسَىٰ قَوۡمَهُۥ سَبۡعِينَ رَجُلٗا لِّمِيقَٰتِنَاۖ فَلَمَّآ أَخَذَتۡهُمُ ٱلرَّجۡفَةُ قَالَ رَبِّ
 لَوۡ شِئۡتَ أَهۡلَكۡتَهُم مِّن قَبۡلُ وَإِيَّٰيَۖ أَتُهۡلِكُنَا بِمَا فَعَلَ ٱلسُّفَهَآءُ مِنَّآۖ
إِنۡ هِيَ إِلَّا فِتۡنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَن تَشَآءُ وَتَهۡدِي مَن تَشَآءُۖ أَنتَ وَلِيُّنَا
فَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَاۖ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡغَٰفِرِينَ ١٥٥
155. Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya"
Imam Thabari dalam tafsirnya “Jaami’ al-Bayaan” (1420: 17/478) mengatakan bahwa terjadinya bencana supaya manusia mau untuk mengambil pelajaran, mengingat Allah dan kembali kepada-Nya. Pada zaman Ibnu Mas’ud, di Kufah pernah terjadi gempa. Maka seketika itu juga Ibnu Mas’ud menyerukan agar orang-orang kembali (bertaubat) kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Semoga Allah SWT memberikan kesabaran kepada bangsa ini dalam menerima setiap musibah dan bencana yang terjadi, dan diberikan solusi dan jalan keluar yang terbaik. Sehingga musibah dan bencana yang terjadi ini berbuah kebaikan dan terangkatnya bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan kuat, amin.
Teriring simpati dan duka cita yang mendalam kepada korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala dan sekitarnya, demikian pula juga di Lombok dan sekitarnya. Semoga para korban yang wafat mendapat tempat terbaik dan ampunan kehadhirat Allah, yang luka-luka dan patah tulang segera mendapat kesembuhan serta semuanya mendapat ganti yang terbaik ketimbang yang lenyap oleh musibah.
Share:

Khutbah Jum’at Tahun Baru Hijriah 1440 H Momentum Muhasabah Oleh Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)


Khutbah Jum’at
Tahun Baru Hijriah 1440 H Momentum Muhasabah
Oleh Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)

Selasa 11 September yang baru lalu telah terjadi pergantian tahun, yaitu tahun 1439 H-menuju 1440 H. Hijrah Rasulullah saw yaitu perpindahan dari Makkah menuju Madinah telah berlalu empat belas abad lamanya. Hijrah yang dilakukan oleh baginda Rasulullah bersama para shahabatnya bukan sekedar perpindahan biasa, tapi mengandung nilai/ motivasi adalah memperoleh ridho Allah SWT. itulah sebabnya yang dimaksud dengan hijrah menurut Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam  bukunya Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur’an menyatakan bahwa hijrah bukan berarti  perpindahan tempat dari satu negeri ke negeri yang lain. Hijrah juga bukan perjalanan mencari sesuap nasi dari negeri yang gersang menuju negeri yang subur. Sesungguhnya hijrah adalah perjalanan yang dilakukan oleh setiap mukmin karena kebenciannya terhadap  berbagai bentuk penjajahan, belenggu yang menghalangi kebebasan untuk mengekspresikan keimanan, serta untuk kemaslahatan.
Bagi bangsa Indonesia, tahun baru hijriah dapat menjadi momentum menuju bangsa yang lebih baik lagi, untuk menggapai hal tersebut setiap warga Indonesia harus bisa beralih menjadi pribadi-pribadi yang siap bekerja keras. Maka, apa pun tantangan ke depan bisa dihadapi secara bersama-sama, dan setiap masyarakat mampu berkontribusi dalam membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. “Dengan kerja keras dan berharap rahmat dan ridha-Nya, demi kebaikan bangsa dan Negara
Tahun baru Islam 1440 Hijriyah merupakan babak baru bagi umat Islam di Indonesia karena masyarakat akan dihadapkan pada agenda pemilihan umum legislatif dan pilpres yang bertepatan dengan tahun 2019 Masehi. Perbedaan pilihan politik jangan sampai membuat umat Islam yang sejatinya ibarat satu tubuh menjadi tercerai-berai. Kalau berbeda pilihan, jangan saling menghina, jangan saling menghujat, jangan saling membenci. Perbedaan sikap politik seharusnya menjadi khasanah demokrasi dalam dunia Islam, khususnya Indonesia, dan harus dimaknai dengan damai dan meriah, bukan justru saling bermusuhan. Dan mari kita berhijrah menuju Indonesia yang maju, menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.
Ketika Rasul saw menyampaikan kepada Abubakar bahwa Allah memerintahkannya untuk berhijrah, dan mengajak sahabatnya itu untuk berhijrah bersama. Abubakar menangis kegeringan. Dan seketika itu juga ia membeli dua ekor unta dan menyerahkannya kepada Rsul saw, untuk memilih yang dikehendakinya. Terjadilah dialog berikut.
“Aku tidak akan mengendari unta yang bukan milikku” kata Nabi
“Unta ini kuserahkan untukmu”kata Umar
“Baiklah, tapi aku akan membayar harganya” kata Nabi
Setelah Abubakar bersi keras agar unta itu diterima sebagai hadiah, namun Nabi saw tetap menolak, Abubakar pada akhirnya setuju untuk menjualnya. Pertanyaannya, mengapa Nabi bersi keras untuk membelinya?, dan bukankah sebelum ini ~ bahkan sesudahnya ~ Nabi saw selalu menerima hadiah dan pemberian Abubakar?. Disini terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran yang dimaksud menurut Prof. Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan al-Qur’an yaitu;
Rasulullah ingin mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha besar, dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, pikiran dan materi bahkan dengan jiwa dan raga beliau. Dengan membayar harga unta itu, Nabi mengajarkan kepada Abubakar ra, dan kepada kita bahwa dalam mengabdi kepada Allah, janganlah mengabaikan sedikit kemampuanpun, selama kita masih memiliki kemampuan itu. Allah berfirman, dalam al-Qur’an surat al-Alaq 96 : [8].
 إِنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلرُّجۡعَىٰٓ ٨
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)
Peristiwa pergantian tahun baru ini sejatinya mengingatkan bahwa jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang, meskipun secara angka usia kita bertambah.
Seorang ulama besar Imam hasan al-Bashri berkata; wahai anak Adam sesungguhnya kalian bagian dari hari, apabila suatu hari berlalu, berlalu pulalah sebagian hidupmu. Dengan pemaknaan seperti itu, kita jadikan sebagai momentum untuk muhasabah atau dengan istilah yang sering didengar yaitu evaluasi diri. Sebagai pribadi mukmin tentu beharap untuk dapat menjalani tahun baru tersebut dengan yang lebih baik bagi kehidupan, dan bahkan  tentu juga menjadi harapan seluruh umat Islam di dunia.
Yang menjadi pertanyaan adalah hal apa saja yang perlu dievaluasi setelah kita lewati tahun 1439 H yang lalu. Yang perlu dievaluasi adalah bukan hanya karier, harta, jabatan, atau urusan duniawi lainnya yang perlu dievalusi, justru yang terpenting adalah evaluasi tingkat ketakwaan kita kepada Allah SWT. al-Qur’an surat Ali Imran 3 [101].
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam
Prof. Hamka menjelaskan bahwa ayat-ayat telah dibacakan kepada kamu dan Rasulpun ada hidup diantara kamu dan kamupun telah beriman, telah percaya bahwa Allah itu memang ada. Dialah yang memberikan nikmat karunia kepada kamu. Oleh sebab itu,janganlah kamu cukupkan kepada Allah itu hanya sekedar tahu dan percaya akan ada-Nya. Hendaklah lebih dari itu; yaitu terasa hubungan yang erat dengan Dia. Erat se-erat-eratnya, sehingga Allah jangan hanya semata-mata terpikir oleh otak, melainkan terasa dalam jiwa. Jangan sampai terputus hubungan dengan Dia, melainkan dipelihara terus menerus. Itulah yang dinamai taqwa.
Al-Qur’an surat al-Hujurat 49 [13]
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
Lebih lanjut dalam surat al-Thalaq 2-3
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢ وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
Cara mengevaluasi taqwa seseorang menurut Prof Yunahar Ilyas Pengurus MUI Pusat bisa dilihat dari tiga aspek yaitu iman, Islam, dan ihsan.
Pertama, tinggi rendahnya keimanan dapat dilihat dari sisi tauhid, seperti memastikan tidak adanya perbuatan syirik, su’uzan, atau kemusyrikan yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
Kedua, evaluasi tentang Islam. Islam intinya adalah rukun Islam, seperti tentang shalat yang dikerjakan selama ini sudah tertib atau belum? Jika sudah tertib, istiqamah berjamaah atau tidak? Lalu, bisakah memaknai shalat itu bagi kehidupan? Itu semua harus dipastikan untuk mengetahui tingkat keislaman. Karena orang yang dapat melaksanakan shalat dengan baik, tentu jauh dari perbuatan keji dan mungkar. Jika seseorang masih melakukan kemungkaran, dapat dipastikan shalatnya belum efektif dan belum berpengaruh dalam kehidupannya.
Ketiga, evaluasi tentang ihsan, yaitu akhlak, baik akhlak pribadi, sosial, maupun akhlak di ruang umum. Akhlak pribadi dilihat dari kebiasaan seseorang, apakah sudah sesuai ajaran Islam atau belum. Selanjutnya adalah akhlak publik, yaitu mengevaluasi perilaku saat berada di tempat umum, seperti jalan raya, ruang-ruang umum, baik saat antri, buang sampah, maupun bertegur sapa. Terakhir, akhlak sosial. Ini penting agar seseorang mampu mengetahui akhlaknya bagi sesama, baik kepada orang miskin, anak telantar, yatim, dll.
Wallahu a’lam bi al-shawaab.
Share:

GAGAL BERANGKAT, TAPI HAJINYA MABRUR OLEH MASYKUR H MANSYUR (IAIN CIREBON DPK UNSIKA KARAWANG)


            Secara bahasa haji artinya pergi menuju. Secara syari’at haji artinya pergi ke Ka’bah untuk melaksanakan amalan-amalan tertentu. Atau, haji adalah berziarah ketempat tertentu guna melaksanakan amalan tertentu. Ziarah artinya pergi. tempat tertentu adalah Ka’bah dan Arafah, bulan tertentu adalah bulan haji.
            Kapan permulaan dimulainya ibadah haji ?. Para ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan pada tahun ke-enam Hijriah, sebagian yang lain mengatakan tahun ke-sembilan Hijriah. Menurut Prof. Wahbah az-Zuhaili, menurut pendapat yang benar, haji diwajibkan pada akhir tahun 9 Hijriah.
            Kewajiban haji sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat  Ali ‘Imran 3 [97]
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ
…..Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…..
Prof. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan ayat ini, bahwa mengerjakan haji menuju Bait Allah adalah kewajiban manusia seluruhnya, bukan hanya yang bertempat tinggal di sana atau khusus keturunan Ibrahim dan Ismail as. Itu adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi siapa yang telah akil baligh/mukalaf dan yang sanggup mengadakan perjalanan kesana dari segi kemampuan fisik dan persiapan bekal untuk dirinya dan keluarga yang ditinggal dan selama perjalanan itu aman bagi dirinya. Mereka yang melaksanakannya dengan tulus lagi sempurna adalah orang-orang yang beriman dan wajar mendapatkan ganjaran surga, sedang barang siapa tidak melaksanakan ibadah haji padahal dia mampu, atau mengingkari kewajiban ini, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam baik yang taat maupun yang ingkar.
Kata Istitho’a artinya sanggup atau mampu. Yang dimaksud mampu disini adalah mampu fisik, mampu biaya dan mampu mental. Apakah ukuran mampu ? menurut sahabat ada dua hal yaitu ada bekal dan ada kendaraan.
Pergi haji bisa dengan beberapa cara, yaitu bisa dengan berjalan kaki atau juga bisa dengan berkendaraan. Dalam al-Qur’an surah al-Hajj 22: [27] Allah berfirman,
وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ
yang artinya; Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Daya tarik Baitullah sangat luar biasa seluruh umat Islam, dengan segala daya yang mereka miliki bertekad untuk mengunjungi minimal satu kali seumur hidupnya, demi berkunjung ke Baitullah mereka rela mempertaruhkan segalanya.
Muhammad Ali al-Mirfa (75 tahun) dari Yaman, memutuskan pergi ke Baitullah dengan berjalan kaki. Dia rela menempuh perjalanan spiritual yang begitu jauh selama hampir tiga bulan terus menerus. Bagi Muhammad Ali al-Mirfa yang memiliki dua belas anak itu, kemiskinan tidak membuatnya patah semangat. Dia terus berusaha pergi ke Baitullah. Akan tetapi karena ongkos untuk pergi ke Makkah menggunakan kendaraan termasuk mahal, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki. Dengan usianya yang tidak muda lagi itu, dia menerjang dinginnya malam dan panasnya siang. Bahkan ia tidak sempat memikirkan bagaimana akan tinggal di Makkah, Arafah, Mudzalifah dan Mina.(Republika, 12 September 2015).
Batal Berangkat, Tapi Hajinya Mabrur
Ada orang yang sudah mampu untuk melaksanakan ibadah haji ke baitullah tapi tidak jadi berangkat, apakah hajinya diterima?
Adalah Abdullah bin Mubarak menunaikan ibadah haji. Setelah selesai thowaf ulama besar tabi’ut tabi’in ini kecapain dan tertidur, dalam tidurnya beliau bermimpi yaitu melihat dua malaikat yang turun dari langit berdiskusi. Berapa jumlah jama’ah haji tahun ini, Tanya salah satu malaikat pada malaikat yang lainnya. Ada 600.000, orang jawab malaikat yang satunya. Berapa orangkah yang mabrur hajinya ?, Tanya malaikat yang satunya, kemudian dijawab oleh malaikat yang lainnya nggak ada satupun yang mabrur, padahal jama’ah haji tersebut datang dari berbagai penjuru negeri, dengan banyak biaya dan melalui perjalanan yang panjang, bagaimana mungkin semuanya tidak diterima? Ibnul Mubarak menangis. Namun lanjut malaikat yang satunya, ya ada satu orang yang yang hajinya mabrur, namanya Ali bin Muwaffaq seorang dari Damaskus yang berprofesi sebagai tukang sepatu. Sebenarnya dia tidak berangkat haji, tapi Allah menerima hajinya dan mengampuni dosanya. Bahkan berkat dia seluruh jam’ah haji yang sekarang ada di tanah suci ini diterima hajinya oleh Allah SWT.
Abdullah bin Mubarak sangat bahagia, ia bersyukur hajinya dan haji seluruh jama’ah diterima. Kemudian terbangun dari tidurnya. Setelah selesai prosesi haji, maka ia pergi ke Damaskus untuk menemui Ali bin Muwaffaq yang bekerja sebagai tukang sepatu. Setelah menceritakan kisahnya secara lengkap, lalu Abdullah bin Mubarak bertanya kepada Ali bin Muwaffak tentang amal apa yang menyebabkan hajinya mabrur padahal dia tidak berangkat haji.
Ali bin Muwaffak mengatakan memang benar aku tidak jadi berangkat haji. Sebelum aku berangkat ke tanah suci, aku dan isteriku mencium aroma masakan yang sedap. Pada waktu itu isteriku sedang hamil jadi sangat ingin masakan itu, lalu ku cari sumbernya-ternyata tetanggaku yang sedang masak. Bolehkah aku meminta sedikit dari masakan itu untuk isteriku? Kata Ali al Muwaffak. Malah tetanggaku menjawab, kami sudah beberapa hari tidak makan, di rumah ada anakku dan anak-anak yatim, karena kami tak punya apapun untuk dimakan, maka pada hari ini kami mendapatkan keledai mati tergeletak lalu kami memotong dan memasaknya, makanan ini tidak halal untuk kalian. Mendengar itu aku merasa tertampar sekaligus sangat sedih kata Ali al-Muwaffak, bagaimana mungkin aku berangkat haji, sementara tetangguku tidak bisa makan. Maka kuambil seluruh uangku sejumlah 300 dirham dari hasil pekerjaanku sebagai tukang sepatu yang kukumpulkan bertahun-tahun lamanya, dan diserahkan pada tetanggaku untuk memberi makan anak dan keluarganya.
Kisah Ali bin Muwaffak ini memberi pelajaran buat kita, betapa sedekah bisa lebih baik dari haji dalam kondisi tertentu.  Yusuf Qardhawai dalam Fatwa Kontemporer menulis, pintu-pintu amal sunah untuk memperoleh kebaikan itu banyak dan luas. Allahpun tak akan mempersempitnya. Meski haji dan umrah masuk dalam salah satu rukun Islam yang kelima dan ibadah dengan kandungan pahala berlipat ganda, bukan berarti tidak ada amal lain yang tak bisa kita kerjakan.
Karena itu, kisah ibnul Mubarak dan Ali Muwaffak boleh jadi menjadi hikmah bagi kita. Saat tetangga atau famili kelaparan ketika kita tidur kenyang.
Wallahu a’lam bi al-shawaab.

Share:

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.