• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Khutbah Jum’at Tawakal Oleh: Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)




Salam, hamdalah, shalawat, taqwa,

Imam al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin mengatakan tawakal adalah menyandarkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa dan hati yang tenang.
Artinya tawakal merupakan manifestasi dari keyakinan dalam hati yang memberikan motivasi kepada manusia dengan kuat untuk menggantungkan harapan kepada Allah SWT dan menjadi tolok ukur tingkat keimanan seseorang kepada Allah SWT. dengan kata lain di samping Islam mendidik umatnya berikhtiar dulu untuk kemudian berusaha. Hanya semata-mata tergantung kepada Allah itulah tawakal yang sesungguhnya. Dalam hal ini setiap muslim menyerahkan iman dan keyakinannya kepada Allah dalam semua urusan, maka pada suatu saat nanti mereka akan menemukan keajaiban tawakal. Hanya kepada Allah orang mukmin bertawakal.
Dalam surat Ali Imran [122]
إِذۡ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمۡ أَن تَفۡشَلَا وَٱللَّهُ وَلِيُّهُمَاۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١٢٢
Artinya ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal

Penekanan dari tawakal bukan berarti tinggal diam, tanpa kerja dan usaha, bukan menyerahkan semata-mata kepada keadaan dan nasib dengan sekedar berpangku tangan duduk manis dan menanti apa-apa yang akan terjadi. Bukan merupakan maksud dari tawakkal yang diajarkan oleh al-Qur’an kalau demikian kedaannya, melainkan bekerja keras dan berjuang untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian baru menyerahkan diri kepada Allah supaya tujuan itu tercapai berkat, rahmat dan dan inayah-Nya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda dari Ja’far bin Umar ia berkata telah datang seorang laki-laki yang mengendarai unta, kepada Rasulullah ia berkata “Wahai Rasulullah apakah aku membiarkan unta ini dan bertawakal kepada Allah” ? atau melepaskan lalu bertawakal kepada Allah ?. Rasul menjawab tambatlah unta itu lalu bertawakallah. H.R. Ibnu Hibban
عن جعفر بن عمرو بن أمية عن أبيه قال: قال رجل للنبي صلى الله عليه وسلم أرسل ناقتي وأتوكل قال: "اعقلها وتوكل"
Imlementasi dari hadits ini adalah sekiranya kita perhatikan hadits tersebut, maka jelas bahwa Rasulullah SAW memerintahkan agar seseorang berusaha atau berikhtiar terlebih dahulu baru kemudian bertawakal. Artinya, manusia tidak boleh berdiam diri, berpangku tangan, berenak-enakan, atau bermalas-malasan, sementara urusannya diserahkan begitu saja kepada Allah SWT. hal ini diperkuat dalam firman Allah pada surat Ali Imran [159]

Allah berfirman dalam surat Ali Imra [159]
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
Hikmah Tawakal
Pertama, orang yang bertawakal kepada Allah akan mendapat perlindungan, pertolongan dan bahkan anugerah dari Allah SWT sebagaimana ditegaskan di dalam Surah Al-Anfal, ayat 49, yang berbunyi: 
 وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٤٩
"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Orang-orang yang senantiasa bertawakal kepada Allah dalam setiap urusannya, Allah akan menunjukkan bukti keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya. Tentu kita ingat bagaimana ketika Rasulullah hendak dibunuh dengan diacungi sebilah pedang terhusnus oleh seorang kafir Quraisy bernama Suraqah bin Malik.
Kisah ini diceritakan oleh Dr. Syekh Abdul Fattah Abu Guddah, dalam ta’liq atas kitab Risalah al-Mustarsyidin, bahwa ada seorang tabi’in Abu Mu’allaq beliau menyewa kuda dengan kusirnya, tiba-tiba kusirnya melewati daerah yang banyak tulang belulang dan tengkorak manusia, dan berhenti di situ. Saat itu dia langsung ingin membunuh Abu Mu’allaq. Abu Mu’allaq bilang bahwa dia akan menyerahkan selruh hartanya, tapi biarkan dia pergi bebas, tapi sang kusir tetap bersi keras akan membunuhnya. Ia berkata; hartamu adalah hartaku dan aku tetap akan membunuhmu, Abu Mu’allaq hanya ingin minta supaya dibolehkan shalat empat rakaat sebelum dibunuh, dan ia dibolehkan shalat, dan akhirnya shalatlah Abu Mu’allaq dan di akhir sujudnya beliau berdo’a
يَاوَدُوْدُ يَاذَالْعَرْشِ الْمَجِيْدِ يَافَعَّالُ لِمَا يُرِيْدُ أَسْأَلُكَ بِعِزَّتِكَ الَّتِي لاَتُرَامُ وَبِمُلْكِكَ الَّذِيْ
لاَ يُضَامُّ وَبِنُوْرِكَ الَّذِيْ مَلَأَ أَرْكاَنَ عَرْشِكَ أَنْ تَرْحَمَنِيْ
“Wahai Dzat Maha Pengasih, wahai Dzat yang memiliki Arsy yang mulia, wahai Dzat yang melakukan apa yang dikehendaki, aku mohon kepada-Mu dengan izzah-Mu yang tidak basa dicapai oleh siapapun, kerajaanMu yang tidak Bisa digeser, dan cahaya-Mu yang memenuhi pojok Arsy-Mu hendaklah Engkau merahmatiku.”
            Benar saja, di akhir shalat beliau datanglah seorang penunggang kuda yang lengkap dengan senjatanya, dan langsung membunuh pemilik kendaraan, lalu Abu Mu’allaq bertanya kepada sang penunggang kuda tadi, “siapa engkau hari ini aku diselamatkan Allah denganmu “ ia menjawab, “saya malaikat penjaga langit keempat, langit bergetar dengan do’amu maka minta idzin kepada Allah untuk menolongmu, dan siapa yang berdo’a dengan do’a ini, akan ditolong oleh Allah SWT’.

Kedua, orang yang sabar dan bertawakal kepada Allah SWT akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nahl, ayat 41
ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٤٢
42. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal
Orang-orang yang selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupannya, akan selalu mendapat balasan dari Allah SWT, tidak hanya balasan kebaikan di dunia tetapi terlebih balasan di akhirat nanti. 
Mereka adalah (orang-orang yang sabar) di dalam menghadapi penganiayaan kaum musyrikin dan berhijrah demi untuk memenangkan agama Islam (dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakal) maka Allah pasti memberi mereka rezeki dari jalan yang tiada mereka perhitungkan sebelumnya. Yaitu dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
Ketiga, orang yang bertawakal hidupnya akan dicukupkan oleh Allah SWT sebagaimana ditegaskan dalam Surah Ath-Thlaaq, ayat 3: 
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Ayat tersebut merupakan jaminan dari Allah SWT bahwa orang-orang yang hatinya senantiasa bertawakal kepada-Nya, akan dicukupi seluruh keperluan hidupnya, baik secara material maupun spiritual. Orang-orang yang hidupnya dicukupi oleh Allah SWT tidak mungkin mengalami kekurangan meskipun bisa saja orang itu orang sederhana dan bukan orang kaya. Demikian pula, orang-orang kaya yang hatinya selalu bertawakal kepada Allah tidak akan mengalami kekhawatiran akan bangkrut sebab Allah akan selalu mencukupinya.
Al-Qur’an surat al-Syura 27
وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرُۢ بَصِيرٞ ٢٧
27. Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti menafsirkan ayat tersebut ialah (Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya) semuanya (tentulah mereka akan melampaui batas) semuanya akan melampaui batas, tentulah mereka akan berlaku sewenang-wenang (di muka bumi, tetapi Allah menurunkan) dapat dibaca Yunazzilu atau Yunzilu, yakni menurunkan rezeki-Nya (apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran) maka Dia melapangkan rezeki itu kepada sebagian hamba-hamba-Nya, sedangkan yang lainnya tidak, dan timbulnya sikap melampaui batas ini dari melimpahnya rezeki. (Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hambanya lagi Maha Melihat). Wallahu a’lam bi al-shawaab.
Share:

KHUTBAH JUM’AT MEMASUKI TAHUN BARU DENGAN 5 M Oleh: Masykur H.Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang

SALAM, HAMDALAH, SHALAWAT, TAQWA.

Memperhatikan  judul khutbah kali ini, interpretasi kita akan terbawa kepada 5 M yang berarti 5 miliar uang untuk bekal hidup, Boleh jadi seperti itu. Karena 5 miliar adalah jumlah uang yang besar.
Uang sejumlah tersebut mungkin cukup banyak untuk sebahagian orang, tetapi mungkin juga tidak untuk sebahagian yang lain. Tetapi jauhkan dulu interpretasi tersebut, karena kita akan membahas tentang 5 M yaitu 5 huruf M yang patut kita jadikan bekal perjalanan hidup kita baik dunia dan akhirat kelak dan Insya Allah dengan 5 huruf M tersebut aman.
Beberapa hari yang lalu kita sudah memasuki tahun 2019 Masehi. Menghadapi tahun baru ini ada baiknya memperhatikan firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat18.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
Arinya, hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Adalah menjadi kewajiban setiap orang merancang dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik.
Hari esok mesti dirancang, dilaksanakan dan harus lebih baik dari hari ini, dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Prof. Abdullah Nasih Ulwan dalam kitabnya Ruhniyatud Daiyah yaitu dengan melaksanakan lima “M ” ; yaitu Mu’ahadah, Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah, dan Mu’aqabah.
1.        Mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian dengan Allah SWT. Sebelum manusia lahir ke dunia, masih berada pada alam gaib, yaitu di alam arwah, atau sering disebut dengan ikrar primordial. Ikrar primordial atau perjianjian tersebut sebagaimana terangkum dalam al-Qur’an surat a-A’raf 172
أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ ١٧٢
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
Ikrar muahadah ini dikongkritkan kembali setelah manusia lahir ke dunia dalam bentuk berupa ikrar janji kepada Allah. Wujudnya terefleksi minimal 17 kali dalam sehari dan semalam, bagi yang menunaikan shalat wajib. Sebagaimana ucapan kita dalam shalat
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
Artinya, katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam
2.        Mujahadah
Mujahadah berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh melakukan amal shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus menjadi amanat serta tujuan diciptakannya manusia.
Mujahadah adalah sarana menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Di antara perintah Allah SWT kepada manusia adalah untuk selalu berdedikasi dan berkarya secara optimal. Al-Qur’an surat al-Taubah ayat 105 Allah berfirman.
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ
 ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ١٠٥
Artinya, dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan
3.        Muraqabah
Muraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Taqarrub ilallah menurut ulama seperti Imam Nawawi dan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan larangan- larangan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dapat dipahami bahwa muraqabah adalah: tercapainya keyakinan bahwa Allah selalu hadir, memandang, dan melihat semua keadaan kita, dengan penyerahan hati kepada kehendak dan keinginan-Nya, mengutamakan keinginan-Nya di atas keinginan kita, pada ujung ayat 52  surat al-Ahzab Allah berfirman
وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ رَّقِيبٗا ٥٢
Artinya, dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu
Bila setiap Muslim senantiasa memuraqabahi dirinya dan menghadirkan muraqabatullah (pengawasan Allah) dalam dirinya maka ia akan selalu takut untuk berbuat kemaksiatan karena ia selalu merasa dan sadar dirinya dalam pemantauan dan pengawasan Allah
4.        Muhasabah
Muhasabah berarti introspeksi diri, menghitung diri dengan amal yang telah dilakukan. Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, dan selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir.
قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : " حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا ، وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا ، فَإِنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ غَدًا
Terkait dengan muhasabah, Umar bin Khaththab berkata, “Hisablah dirimu sebelum dihisab, timbanglah diri kalian sebelum ditimbang. Sesungguhnya berintropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan dari pada hisab di kemudian hari” (HR. Iman Ahmad dan Tirmidzi secara mauquf dari Umar bin Khaththab)
Hal senada juga pernah diungkapan oleh Hasan Al Basyri pernah berkata, “Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya karena Allah. Karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah menghisab dirinya di dunia.
5.        Mu’aqabah
Muaqabah artinya pemberian sanksi terhadap diri sendiri. Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih utama meskipun terasa berat, seperti berinfaq dan sebagainya.
Di dalam ajaran Islam, orang baik adalah orang yang manakala berbuat salah, bersegera mengakui dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah dan berniat dan berupaya kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua kalinya.
Pertanyaannya bagaimana dengan kondisi kita? Seberapa sering kita lalai dan seakan tidak perduli dengan kelalaian kita tersebut. Semoga 5 M ini lebih berharga dari 5 milyar yang kita inginkan di dunia ini. Karena 5 M ini jauh bernilai karena dapat menyelamatkan kehidupan dunia dan akhirat kita kelak. Insya Allah. Wallahu a’lam bi al-shawaab.
بارك الله لي ولكم
Share:

Tabayun Terhadap Berita (Hoax) Oleh: Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)


Bismillahirrahmanirrahim
Pada Acara Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ke-72 Kamis, 9 Pebruari tahun 2017 yang digelar di Lapangan Polda Maluku, Ambon, Presiden Joko Widodo yang hadir bersama Ibu Iriana Joko Widodo mengangkat tema hoax, berita bohong, yang makin mengganggu di media sosial. Baik, Facebook, Twitter, Path, Instagram, Youtube, yang makin digandrungi netizen muda di tanah air. Lebih lanjut beliau mengatakan, inilah yang menjadi PR besar media mainstream. Karena itu, Presiden Jokowi meminta masyarakat Indonesia Pers Indonesia beradaptasi untuk memerangi hoax yang terus membanjiri medsos. Mereka juga bisa mengancam media mainstream atau media utama. Presiden menyadari, informasi hoax itu sudah semakin meresahkan, karena menyesatkan publik. Menurutnya, media mainstream harus mampu beradaptasi. Pasalnya, mereka yang tidak mampu beradaptasi memiliki kecenderungan akan berguguran. Ia mengatakan, media arus utama (mainstream) harus bisa meluruskan pemberitaan yang 'bengkok Seperti diketahui, menurut beliau, digitalisasi proses komunikasi membuat semua orang bisa menjadi produsen berita. Semuanya bisa memberitakan apa yang dilihat, dialami. Hal ini terjadi di media sosial (medsos).
Kata “Hoax” seringkali kita dengar belakangan ini baik melalui internet, televisi maupun dari media sosial lainnya. Hoax baca howks, berarti olok-olok (an), cerita bohong, memperdayakan.
Menurut Wikipedia Hoax adalah Pemberitaan palsu (bahasa Inggeris: hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya.
Jadi dapat dikatakan bahwa hoax adalah kebohongan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan secara terencana untuk mengecoh dan menipu orang lain. Bisa menjadi fatal jika berita hoax ini membuat orang lain celaka. Celakanya lagi akan semakin parah apabila hoax menciptak konflik dan perpecahan di kalangan masyarakat.
Mungkin di antara sebagian orang  masih ingat dengan Adolf Hitler, dia adalah pemimpin partai Nazi di Jerman. Menurut Komaruddin Hidayat (Kompas 8 Januari 2019, Hoaks dan Agama) Pencipta hoaks yang legendaris adalah Adolf Hitler, pemimpin partai Nazi Jerman. Pada 1939, melalui radio Nasional, Hitler berpidato bahwa tentara Jerman diserang oleh tentara Polandia pada pukul 05.45 waktu setempat dan Hitler berjanji untuk membalasnya. Akhirnya terungkap bahwa berita itu adalah hoaks yang sengaja diciptakan sebagai dalih ambisi dan nafsu Hitler untuk menyerang Polandia.
            Dalam Islam-pun pernah terjadi berita bohong atau berita palsu. Al-Qur’an menginformasikan seandainya ada berita maka hendaklah tabayun. Al-Qur’an surat al-Hujurat 49 [ 6 ] Allah berfirman
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ ٦
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
            Menurut riwayat Said yang diterimanya dari Qatadah bahwa pada suatu hari Nabi saw. mengutus al-Walid bin Uqbah untuk memungut sedekah (zakat) kepada Bani Musthaliq, yang telah mengaku tunduk kepada Nabi dan telah memeluk agama Islam. Sesampai al-Walid di negeri Bani Musthaliq itu maka maksudnya memungut zakat itu tidaklah berhasil dengan baik. Lalu al-Walid segera pulang ke Madinah dan melaporkan kepada Nabi saw. bahwa Bani Musthaliq itu telah murtad dari Islam. Lalu Rasusullah saw. mengutus  Khalid bin al-Walid bersama seperangkatan tentara datang ke negeri itu. Tetapi kedatangan itu janganlah menghebohkan dan disuruh beliau menyelidiki terlebih dahulu dengan saksama dan teliti dan jangan terburu-buru mengambil sikap keras. Khalid langsung melaksanakan perintah itu dan dia datang ke tempat itu pada malam hari, sehingga tidak ada orang yang tahu. Setelah itu dikirimnyalah beberapa orang spion masuk ke dalam kampung itu untuk menyelidiki lebih mendalam dan lebih dekat. Setelah beberapa lamanya, spion-spion itupun datang membawa laporan bahwa penduduk kampung Bani Musthaliq itu menjalankan agama Islam dengan baik, kedengaran adzan dan shalat berjama’ah pada waktunya. Setelah itu spion itupun datang kembali kepada Khalid membawa laporan, berita bahwa orang-orang itu murtad adalah berita bohong belaka. Jelas sekali bahwa mereka tetap dalam Islam. Khalid-pun segera melaporkan segala hasil penyelidikannya itu kepada Nabi. Maka turunlah ayat ini, memberi ingat bahwa jika datang orang fasik membawa berita hendaklah selidiki lebih dahulu dengan saksama, jangan sampai suatu kaum menderita suatu malapetaka dengan tidak semena-mena, padahal bukan kesalahannya. Kalau hal ini kejadian, tentulah kamu juga akan menyesal, Nabi sandiri sampai berkata,
التَأَنِّي مِنَ اللَّهِ وَالعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Menyelidiki dengan tenang adalah dari Allah dan tergopoh-gopoh adalah dari setan.
            Demikian Prof. Hamka menuturkan tentang asbabun nuzul dari ayat 6 surat al-Hujurat [ 49 ].

Dalam salah satu hadits Nabi pernah dikatakan bahwa fitnah itu lebih keji dan lebih berbahaya dari pembunuhan. Perbuatan pembunuhan itu merupakan suatu dosa (sin) dan sekaligus merupakan kejahatan sosial (crime). Pada kasus dan konteks tertentu, fitnah bisa saja salah satunya berupa hoax, korbannya jauh lebih besar terhadap pembunuhan seseorang. Dalam pembunuhan lebih mudah dipersempit pelaku dan korbannya. Namun hoax yang sengaja dibesarkan untuk menipu massa korbannya juga bisa massif.
Yang dikhawatirkan adalah kebohongan yang menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan masyarakat. Prof. Mahfud MD dalam acara Dialog bersama Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan Gerakkan Suluh Kebangsaan, pada Kamis, 10/1/2019 di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, mengatakan keresahan seperti itu muncul karena banyak kebohongan dalam dunia politik, di dunia politik kebohongan menyangkut soal agama, kemiskinan, kebijakan pemerintah dan macam-macam. Lebih lanjut beliau mengatakan, jika yang dikemukakan orang-orang adalah fakta, tidak masalah. Namun jika yang dikemukakan adalah kebohongan atau hoaks dalam bentuk pemalsuan berita, harus dilawan, termasuk praktik pengadaan atau peniadaan berita dari fakta sebenarnya juga harus dilawan.
Membuat berita bohong, sangat berbahaya dampaknya. Beliau memberikan contoh runtuhnya  Mesir, Libya, Tunisia dan sejumlah Negara lainnya berawal dari berita hoaks.
Beliau menambahkan bahwa untuk mencegah berita hoaks, semua pihak harus mengkampanyekan anti hoaks. Harapannya hoaks tidak terjadi lagi. Tapi kalau (hoaks) sudah terjadi, cara mengatasinya melalui tindakan represif, tangkap orangnya (yang menyebarkan hoaks), dihukum sesuai bunyi Undang-undang. Kalau ada elit politik ikut menyebarkan (hoaks), elitnya di tangkap juga.
Terkait dengan situasi sekarang ini apalagi menjelang pemilu berita-berita hoax berseliweran diberbagai media sosial. Kita sebagai masyarakat awam tentu tidak tahu siapa yang memproduksi dari hoax tersebut. Apa tujuan disebarkannya berita hoax tersebut, produsen hoax itu sendiri dari kubu yang mana, kita pun tidak tahu, apakah mereka juga mempunyai aktivitas di politik atau sekedar mencari uang berdasarkan pesanan, lagi-lagi rakyat tidak tahu, dan lain sebagainya. Jadi pihak yang memanipulasi informasi bisa jadi siapa saja, baik itu dari peserta Pemilu ataupun masyarkat awam yang ingin menimbulkan kegaduhan dan kekacauan.
Komaruddin Hidayat, dosen pada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah menulis di koran Kompas pada Selasa tanggal 8 Januari 2019 pada halaman 6 Opini dengan judul Hoaks dan Agama, mengatakan “saya sendiri pernah mendengar cerita, para pegiat dan kreator hoaks itu sesungguhnya bersahabat, tetapi mereka bekerja untuk bos yang berbeda. Mereka sengaja menciptakan peperangan fiktif lewat media sosial semata untuk menaikkan pemasukkan uang dan mencari kepuasan pribadi ketika produk-produk kebohongannya itu dilahap masyarakat serta  menjadi topik bahasan dalam media televisi”.
            Benar saja, ternyata berita hoax menjadi tranding topik dan bahasan di media massa. Berita hoax yang paling baru adalah kasus hoax atau informasi bohong terkait 7 (tujuh) kontainer berisi surat suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang telah dicoblos. Berita tentang kasusu ini terus menggelinding dan viral di media sosial. Kasus ini terus menyedot perhatian publik sejak Rabu, tanggal 2 Januari 2019 yang lalu.

Pertanyaannya adalah bagaimana sikap kita dalam menyikapi adanya berita bohong (hoax) tersebut? Hemat penulis ada beberapa cara untuk mengantisipsi adanya berita hoax, yaitu;

1.      Sebagaimana ayat surat al-Hujurat 49 [6] di atas yaitu kita diperintahkan untuk memeriksa dan meneliti kebenaran dari suatu berita. Oleh sebab itu dihimbau kepada semua pihak untuk tidak mudah terpancing secara emosional yang berlebihan apabila muncul informasi-informasi yang tidak jelas sumber dan kebenarannya.
2.      Sebagai bagian dari anggota masyarakat yang cenderung menggunakan media sebagai sarana menyampaikan informasi untuk tidak gampang melakukan pesan berantai (broadcast) terhadap informasi yang belum jelas kebenarnnya.
3.      Hendaknya kita sebagai anggota masyarakat berprilaku bijak di media sosial. Sehingga media sosial dapat digunakan untuk hal-hal positif/maslahat, bukan untuk hal-hal yang negatif/mafsadat.
4.      mengikuti Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial.
Di antara isi fatwa MUI dalam ketentuan hukum disebutkan
a.       Dalam bermuamalah dengan sesama, baik dalam kehidupan riil maupun kehidupan sosial, setiap muslim wajib mendasarkan pada keimanan dan ketakwaan, kebajikan (Mu’asyarah bil ma’ruf), persaudaraan (ukhuwah), saling wasiat akan kebenaran (al-haqq) serta mengajak kepada kebaikan (al-amr bi al-ma’ruf), dan mncegah kemungkaran (al-nahyu ‘an al-munkar)
b.      Setiap muslim yang bermuamalah melalui media sosial wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1)   Senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan tidak mendorong kekufuran dan kemaksiatan.
2)   Mempererat ukhuwah (persaudaraan) baik ukhuwah Islamiyah (persaudaraan ke-Islaman), ukhuwah wathoniyah (persaudaraan ke-bangsaan), maupun ukhuwah insaniyah (persaudaraan ke-manusiaan)
3)   Memperkokoh kerukunan, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah.
c.       Setiap muslim yang bermuamalah melalui media sosial diharamkan untuk
1)      Melakukan ghibah, fitnah namimah dan penyebaran permusuhan.
2)      Melakukan bullying ujaran kebencian dan permusuhan atas dasar suku,agama, rasa atau antar golongan.
3)      Menyebarkan hoax, serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti tentang kematian orang yang masih hidup.
4)      Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan dan segala hal yang terlarang secara syar’i.
5)      Menyebarkan konten yang benar tapi tidak sesuai tempat dan/atau waktunya.
Kemudian agar terhindar dari informasi hoax, sebagai umat Islam hendaknya berprilaku jujur. Banyak kisah yang menjelaskan tentang bagaimana berprilaku jujur tersebut. Berikut ini salah satu kisah prilaku jujur seperti yang diperankan oleh Nuh bin Maryam dan seorang budak yang bernama Mubarok.
Di Kota al-Marwa, hiduplah seorang yang bernama Nuh bin Maryam, ia seorang kepala Negara dan sekaligus Jaksa Agung di kota tersebut. Kecuali itu dia juga seorang yang kaya harta dan memiliki budak sebagai pesuruhnya.
Suatu ketika ia berkata kepada budaknya, wahai Mubarak !, jagalah kebun anggurku, peliharalah, siramilah sampai waktunya panen tiba. Selanjutnya Mubarakpun tinggal dikebun anggur milik sang majikan dan memeliharanya.
  Setelah beberapa bulan kemudian, sng majikan datang ke kebunnya dan memanggil budaknya yang bernama Mubarak, ambilkan aku setangkai anggur kata Nuh bin Maryam kepada Mubarak, aku ingin sekali mencicipi anggur hasil pemeliharaanmu. Seketika itu Mubarak bergegas memetik setangkai anggur dan memberikan anggur tesebut kepada tuannya. Namun apa yang terjadi ?, setelah tuannya memakan sebutir anggur tersebut iapun membuangnya sambil berkata. Ini asam Mubarak ?, dengan nada kecewa sang majikan kembali memerintahkan sang budak itu sambil berkata carikan anggur yang manis. Mubarak-pun kembali memetik anggur dan memberikannya kepada tuannya. Ini juga asam, carikan yang manis ! kata-kata itu kembali keluar dari mulut sang majikan. Mubarak-pun kembali mengambil anggur untuk yang ke tiga kalinya, ternyata masih asam juga, tampak wajah sang majikan kecewa berat setelah memakannya, ini asam Mubarak !.
Akhirnya majikannya marah sambil berkata, apakah engkau tidak bisa membedakan mana anggur yang manis dan asam ?. lalu Mubarak berkata “wahai tuanku, aku tidak dapat membedakannya tuan, sebab, aku tak pernah mencicipinya”. Mendengar jawabannya itu, alangkah herannya sang majikan dan berkata, “engkau tidak pernah mencicipinya ?, pada hal kau sudah sekian lama aku tugaskan menjaga kebun ini”, ya tuan jawab Mubarak, Engkau menugaskan aku untuk menjaganya, bukan untuk mencicipinya, karenanya aku tidak berani mencicipinya walaupun satu buah kembali Mubarak menjawab.
Nuh bin Maryam akhirnya tida jadi marah. Persoalan tidak mendapatkan anggur yang manis hilang begitu saja dari ingatannya. Ia berdiam sejenak dan merenung dengan penuh kekaguman atas sikap dan kejujuran sang penjaga kebunnya. Belum pernah ia mendapat seseorang yang lebih jujur dan memegang amanah melebihi budak di hadapannya ini. Akhirnya Mubarak dimerdekakan dan diberikan harta yang berkecukupan untuk bekal kehidupannya.
            Dari kisah ini, kita dapat melihat bagaimana kejujuran dalam diri  Mubarak yang di balut dengan spirit keimanan dan ketaqwaan. Komitmen dalam mengemban amanah yang diberikan oleh majikannya, ia jaga dengan penuh sikap totalitas dan tanggung jawab yang tinggi didasarkan karena ketaatan kepada Allah SWT, bukan karena pamrih, pencitraan dan pujian dari manusia.
            Terkait dengan sikap dan prilaku jujur ini Rasulullah saw bersabda

عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا ( رواه مسلم) 
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Dengan demikian, perilaku sosial seorang mukmin sudah sewajarnya dapat memperkuat tekad untuk selalu berubah pada peruahan yang lebih baik dan selalu bersikap jujur dalam mengemban setiap amanah yang diterimanya, terlebih dalam kondisi bangsa yang sedang mengalami krisis ketidak jujuran, seperti mewabahnya kasus korupsi dan penyebaran berita bohong. Dengan kejujuran, sejatinya upaya membangun bangsa dan Negara akan lebih mudah untuk menggapai kebenaran, kemuliaan, kemaslahatan dan keberkahan dari Allah SWT.
Seraya berharap dan bermohon kepada Allah SWT, semoga di zaman media sosial ini jangan sampai umat Islam juga menjadi bagian dari penyebar berita hoax. Karena dimaklumi,  terkadang masyarakat kita masih banyak yang terbawa emosi ketika mendapatkan berita, sehingga disebarkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Wallahu a’lam bi al-shawaab
Share:

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.