Hasan al-Bana pemimpin Ihwanul Muslimin
berkata kita sebagai kaum Muslimin mengimani dan meyakini dalam relung hati
kita bahwa Dia harus menolong agama Islam ini, membebaskan negeri dan umat-Nya,
membantu para penduduk-Nya, dan mewujudkan risalah-Nya, yang Maha Menguasai,
Maha Menghakimi, Maha Mengawasi, dan Mahatinggi. Mengenai hal tersebut, kita
memiliki empat alasan:
1. Alasan Ketaatan
Kita membaca firman Allah Swt., dalam surat
al-Sh-shaf 61 [8].
.....وَٱللَّهُ
مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨
Artinya, .....Dan Allah tetap menyempurnakan
cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.
Firman-Nya yang lain, dalam surat al-Taubah 9 [32]
.....وَيَأۡبَى
ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ .....
Artinya.....Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya.....
Firman-Nya pula dalam surat al-Mujadilah 58 [21]
كَتَبَ ٱللَّهُ
لَأَغۡلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِيٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ ٢١
Artinya; Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku
pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Firman lain dalam surat al-Nur 24 [55]
وَعَدَ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا
ٱسۡتَخۡلَفَ
ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ
لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ
يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ
فَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥
Artinya; Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Kita tidak
meragukan ayat-ayat tersebut untuk selamanya. Kita meyakini dengan kesempurnaan
iman bahwa ayat-ayat itu pasti kebenarannya, kalimah Allah pasti akan tetap
tinggi, dan panji kebenaran akan terangkat. Kita akan menjadi khalifah di muka
bumi, lalu Allah mengganti rasa takut kita dengan rasa aman melalui izin dan
kehendak-Nya, meskipun semua fakta mengarah kepada keputusasaan.
Firman-Nya dalam
surat Yusuf 12 [110]
حَتَّىٰٓ إِذَا ٱسۡتَيَۡٔسَ
ٱلرُّسُلُ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ قَدۡ كُذِبُواْ جَآءَهُمۡ نَصۡرُنَا فَنُجِّيَ
مَن نَّشَآءُۖ
وَلَا يُرَدُّ بَأۡسُنَا
عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡمُجۡرِمِينَ ١١٠
Artinya; Sehingga apabila para
rasul tidak mempunyai
harapan lagi (tentang
keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan,
datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami. Lalu diselamatkan orang-orang
yang Kami kehendaki. Dan
tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.
2. Alasan Historis
Semua perkembangan sejarah yang dimulai
semenjak adanya Islam menunjukkan kepada kita bahwa dia menjadi bentuk yang
paling kuat dan perlawanan yang paling sengit. Apabila bahaya mengelilinginya.
Kesulitan akan menggerogoti umat dan
bangsa-bangsanya. Dari sini muncullah apa yang ada di dalam jiwa, yaitu iman
yang sempurna dan tekad yang bulat, lalu tergerak untuk berjihad dan akhirnya
kalimah Allah kembali terselamatkan serta memperoleh kejayaan dan kemuliaan.
Kemudian membicarakan beberapa contoh, seperti
menyebutkan kejadian pada hari pemurtadan, sikap Abu Bakar, kejadian pada
Perang Uhud, masa-masa Tartar, masa-masa pasukan salib, dan apa yang mereka
lakukan di Baitul Maqdis.
3. Alasan Prediksi
Peran kita khalifah membawa pencerahan adalah
subjek, bukan objek. Pemerhati sejarah umum memahami kebenaran prediksi ini. Telah
muncul fajar peradaban di Timur sehingga mampu memimpin dan mengendalikan dunia. Bumi mengenal peradaban bangsa India, Cina,
Persia dan orang-orang Mesir. Kemudian mengalami perputaran dan kendali
kepemimpinan berpindah ke Barat serta muncul
filsafat Yunani dan kekuasaan Romawi. Keadaan tersebut terus berlangsung selama Allah menghendaki hal itu
sampai muncul risalah-risalah agung di Timur yang diakhiri dengan kemunculan
Islam. Lalu, kendali kepemimpinan kembali lagi kepadanya dan dunia terbawa
untuk mengikutinya.
Namun setelah mereka datang para pengganti yang melakukan shalat dan mengikuti
syahwat. Bangsa
Barat mulai terbangun dari tidurnya dan bangkit dengan kebangkitan baru
yang berpegang teguh kepada ilmu, penemuan, dan penciptaan. Hal itu merupakan tiang kekuatan dan
kekuasaan sehingga merebut kepemimpinan untuk kedua kalinya dengan kekejaman,
pemaksaan, kekejian dan tipu daya lalu menguatkan ikatan dan memasang belenggu sehingga
menggunakan ilmu tersebut untuk melakukan kehancuran dan kerusakan.
Kepemimpinan tidak berjalan secara optimal dan tidak memenuhi hak Allah dalam
kekhilafahan sehingga dunia dibayangi api peperangan yang kejam selama tak
kurang dari seperempat abad dan tampak secara jelas kegagalan
kepemimpinan Barat tersebut serta tidak bertahan lama kecuali mempersempit roda
kepemimpinan sehingga para khalifah kaum Muslimin yang ada di wilayah Timur
menggenggam kekuasaannya. Firman Allah dalam surat al-Rum 30 [4-5]
.....وَيَوۡمَئِذٖ
يَفۡرَحُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٤ بِنَصۡرِ
ٱللَّهِۚ يَنصُرُ مَن يَشَآءُۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ ٥
Artinya, .....Dan di hari (kemenangan bangsa
Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman
Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
4. Alasan Keempat
Sunatullah yang tidak dapat dipungkiri, firman
Allah dalam surat al-Ra’du 13 [17]
.....كَذَٰلِكَ
يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ
وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ
فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ.....
Artinya; Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang
tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap
dibumi....
Alhamdulillah , kita memiliki apa yang bermanfaat
bagi manusia, sedangkan yang lainnya hanyalah buih dan debu yang tidak berharga sedikitpun, serta
tidak memiliki satu kebaikanpun. Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf 12 [21].
.....وَٱللَّهُ
غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمۡرِهِۦ وَلَٰكِنَّ
أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
٢١
Artinya,.....Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.
Karena hal ini, kita merasa tenteram dan saat
ini kita tidak melihat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diisyaratkan oleh
al-Qur’an dan aturan hidup kita, serta yang diperingatkan oleh Nabi saw, juga
menunjuki kita jalan menuju kesuksesannya, mengambil pelajaran darinya, serta
bepegang teguh kepada ketakwaan, pengorbanan, keikhlasan, dan perjuangan agar
kita memperoleh keberhasilan dengan izin Allah. Allah-lah yang menentukan hasil
akhir segala sesuatu.
Sumber: Muhammad Abdullah al-Khatib, al-Mujtama’
al-Islami (Khashaish wa Khaqaiq), Terjemah, Iwan Kustiawan, Model Masyarakat Muslim,Wajah
Peradaban Masa Depan, Bandung, Syamil Cipta Media, Cet I, 2006, hlm. 165-198.
Wallahu a’lam
bi al-shawaab.