Secara bahasa haji artinya pergi
menuju. Secara syari’at haji artinya pergi ke Ka’bah untuk melaksanakan
amalan-amalan tertentu. Atau, haji adalah berziarah ketempat tertentu guna
melaksanakan amalan tertentu. Ziarah artinya pergi. tempat tertentu adalah
Ka’bah dan Arafah, bulan tertentu adalah bulan haji.
Kapan permulaan dimulainya ibadah
haji ?. Para ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan pada tahun ke-enam
Hijriah, sebagian yang lain mengatakan tahun ke-sembilan Hijriah. Menurut Prof.
Wahbah az-Zuhaili, menurut pendapat yang benar, haji diwajibkan pada akhir
tahun 9 Hijriah.
Kewajiban haji sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an surat Ali ‘Imran
3 [97]
وَلِلَّهِ
عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ
…..Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…..
Prof. Muhammad
Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan ayat ini, bahwa mengerjakan
haji menuju Bait Allah adalah kewajiban manusia seluruhnya, bukan hanya yang
bertempat tinggal di sana atau khusus keturunan Ibrahim dan Ismail as. Itu
adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi siapa yang telah akil
baligh/mukalaf dan yang sanggup mengadakan perjalanan kesana dari segi
kemampuan fisik dan persiapan bekal untuk dirinya dan keluarga yang ditinggal
dan selama perjalanan itu aman bagi dirinya. Mereka yang melaksanakannya dengan
tulus lagi sempurna adalah orang-orang yang beriman dan wajar mendapatkan
ganjaran surga, sedang barang siapa tidak melaksanakan ibadah haji padahal dia
mampu, atau mengingkari kewajiban ini, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak
memerlukan sesuatu dari semesta alam baik yang taat maupun yang ingkar.
Kata Istitho’a
artinya sanggup atau mampu. Yang dimaksud mampu disini adalah mampu fisik,
mampu biaya dan mampu mental. Apakah ukuran mampu ? menurut sahabat ada dua hal
yaitu ada bekal dan ada kendaraan.
Pergi haji bisa
dengan beberapa cara, yaitu bisa dengan berjalan kaki atau juga bisa dengan
berkendaraan. Dalam al-Qur’an surah al-Hajj 22: [27] Allah berfirman,
وَأَذِّن
فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن
كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ
yang artinya;
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Daya tarik
Baitullah sangat luar biasa seluruh umat Islam, dengan segala daya yang mereka
miliki bertekad untuk mengunjungi minimal satu kali seumur hidupnya, demi
berkunjung ke Baitullah mereka rela mempertaruhkan segalanya.
Muhammad
Ali al-Mirfa (75 tahun) dari Yaman, memutuskan pergi ke Baitullah dengan
berjalan kaki. Dia rela menempuh perjalanan spiritual yang begitu jauh selama
hampir tiga bulan terus menerus. Bagi Muhammad Ali al-Mirfa yang memiliki dua
belas anak itu, kemiskinan tidak membuatnya patah semangat. Dia terus berusaha
pergi ke Baitullah. Akan tetapi karena ongkos untuk pergi ke Makkah menggunakan
kendaraan termasuk mahal, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki. Dengan
usianya yang tidak muda lagi itu, dia menerjang dinginnya malam dan panasnya
siang. Bahkan ia tidak sempat memikirkan bagaimana akan tinggal di Makkah,
Arafah, Mudzalifah dan Mina.(Republika, 12 September 2015).
Batal
Berangkat, Tapi Hajinya Mabrur
Ada orang yang
sudah mampu untuk melaksanakan ibadah haji ke baitullah tapi tidak jadi
berangkat, apakah hajinya diterima?
Adalah Abdullah
bin Mubarak menunaikan ibadah haji. Setelah selesai thowaf ulama besar tabi’ut
tabi’in ini kecapain dan tertidur, dalam tidurnya beliau bermimpi yaitu melihat
dua malaikat yang turun dari langit berdiskusi. Berapa jumlah jama’ah haji
tahun ini, Tanya salah satu malaikat pada malaikat yang lainnya. Ada 600.000,
orang jawab malaikat yang satunya. Berapa orangkah yang mabrur hajinya ?, Tanya
malaikat yang satunya, kemudian dijawab oleh malaikat yang lainnya nggak ada
satupun yang mabrur, padahal jama’ah haji tersebut datang dari berbagai penjuru
negeri, dengan banyak biaya dan melalui perjalanan yang panjang, bagaimana
mungkin semuanya tidak diterima? Ibnul Mubarak menangis. Namun lanjut malaikat
yang satunya, ya ada satu orang yang yang hajinya mabrur, namanya Ali bin
Muwaffaq seorang dari Damaskus yang berprofesi sebagai tukang sepatu.
Sebenarnya dia tidak berangkat haji, tapi Allah menerima hajinya dan mengampuni
dosanya. Bahkan berkat dia seluruh jam’ah haji yang sekarang ada di tanah suci
ini diterima hajinya oleh Allah SWT.
Abdullah bin
Mubarak sangat bahagia, ia bersyukur hajinya dan haji seluruh jama’ah diterima.
Kemudian terbangun dari tidurnya. Setelah selesai prosesi haji, maka ia pergi
ke Damaskus untuk menemui Ali bin Muwaffaq yang bekerja sebagai tukang sepatu.
Setelah menceritakan kisahnya secara lengkap, lalu Abdullah bin Mubarak
bertanya kepada Ali bin Muwaffak tentang amal apa yang menyebabkan hajinya
mabrur padahal dia tidak berangkat haji.
Ali bin
Muwaffak mengatakan memang benar aku tidak jadi berangkat haji. Sebelum aku
berangkat ke tanah suci, aku dan isteriku mencium aroma masakan yang sedap.
Pada waktu itu isteriku sedang hamil jadi sangat ingin masakan itu, lalu ku
cari sumbernya-ternyata tetanggaku yang sedang masak. Bolehkah aku meminta
sedikit dari masakan itu untuk isteriku? Kata Ali al Muwaffak. Malah tetanggaku
menjawab, kami sudah beberapa hari tidak makan, di rumah ada anakku dan
anak-anak yatim, karena kami tak punya apapun untuk dimakan, maka pada hari ini
kami mendapatkan keledai mati tergeletak lalu kami memotong dan memasaknya,
makanan ini tidak halal untuk kalian. Mendengar itu aku merasa tertampar
sekaligus sangat sedih kata Ali al-Muwaffak, bagaimana mungkin aku berangkat
haji, sementara tetangguku tidak bisa makan. Maka kuambil seluruh uangku
sejumlah 300 dirham dari hasil pekerjaanku sebagai tukang sepatu yang
kukumpulkan bertahun-tahun lamanya, dan diserahkan pada tetanggaku untuk
memberi makan anak dan keluarganya.
Kisah Ali bin
Muwaffak ini memberi pelajaran buat kita, betapa sedekah bisa lebih baik dari
haji dalam kondisi tertentu. Yusuf
Qardhawai dalam Fatwa Kontemporer menulis, pintu-pintu amal sunah untuk
memperoleh kebaikan itu banyak dan luas. Allahpun tak akan mempersempitnya.
Meski haji dan umrah masuk dalam salah satu rukun Islam yang kelima dan ibadah
dengan kandungan pahala berlipat ganda, bukan berarti tidak ada amal lain yang
tak bisa kita kerjakan.
Karena
itu, kisah ibnul Mubarak dan Ali Muwaffak boleh jadi menjadi hikmah bagi kita.
Saat tetangga atau famili kelaparan ketika kita tidur kenyang.
Wallahu a’lam
bi al-shawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar