GAGAL BERANGKAT, TAPI HAJINYA MABRUR OLEH MASYKUR H MANSYUR (IAIN CIREBON DPK UNSIKA KARAWANG)


            Secara bahasa haji artinya pergi menuju. Secara syari’at haji artinya pergi ke Ka’bah untuk melaksanakan amalan-amalan tertentu. Atau, haji adalah berziarah ketempat tertentu guna melaksanakan amalan tertentu. Ziarah artinya pergi. tempat tertentu adalah Ka’bah dan Arafah, bulan tertentu adalah bulan haji.
            Kapan permulaan dimulainya ibadah haji ?. Para ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan pada tahun ke-enam Hijriah, sebagian yang lain mengatakan tahun ke-sembilan Hijriah. Menurut Prof. Wahbah az-Zuhaili, menurut pendapat yang benar, haji diwajibkan pada akhir tahun 9 Hijriah.
            Kewajiban haji sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat  Ali ‘Imran 3 [97]
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلٗاۚ
…..Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…..
Prof. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan ayat ini, bahwa mengerjakan haji menuju Bait Allah adalah kewajiban manusia seluruhnya, bukan hanya yang bertempat tinggal di sana atau khusus keturunan Ibrahim dan Ismail as. Itu adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi siapa yang telah akil baligh/mukalaf dan yang sanggup mengadakan perjalanan kesana dari segi kemampuan fisik dan persiapan bekal untuk dirinya dan keluarga yang ditinggal dan selama perjalanan itu aman bagi dirinya. Mereka yang melaksanakannya dengan tulus lagi sempurna adalah orang-orang yang beriman dan wajar mendapatkan ganjaran surga, sedang barang siapa tidak melaksanakan ibadah haji padahal dia mampu, atau mengingkari kewajiban ini, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam baik yang taat maupun yang ingkar.
Kata Istitho’a artinya sanggup atau mampu. Yang dimaksud mampu disini adalah mampu fisik, mampu biaya dan mampu mental. Apakah ukuran mampu ? menurut sahabat ada dua hal yaitu ada bekal dan ada kendaraan.
Pergi haji bisa dengan beberapa cara, yaitu bisa dengan berjalan kaki atau juga bisa dengan berkendaraan. Dalam al-Qur’an surah al-Hajj 22: [27] Allah berfirman,
وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ
yang artinya; Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Daya tarik Baitullah sangat luar biasa seluruh umat Islam, dengan segala daya yang mereka miliki bertekad untuk mengunjungi minimal satu kali seumur hidupnya, demi berkunjung ke Baitullah mereka rela mempertaruhkan segalanya.
Muhammad Ali al-Mirfa (75 tahun) dari Yaman, memutuskan pergi ke Baitullah dengan berjalan kaki. Dia rela menempuh perjalanan spiritual yang begitu jauh selama hampir tiga bulan terus menerus. Bagi Muhammad Ali al-Mirfa yang memiliki dua belas anak itu, kemiskinan tidak membuatnya patah semangat. Dia terus berusaha pergi ke Baitullah. Akan tetapi karena ongkos untuk pergi ke Makkah menggunakan kendaraan termasuk mahal, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki. Dengan usianya yang tidak muda lagi itu, dia menerjang dinginnya malam dan panasnya siang. Bahkan ia tidak sempat memikirkan bagaimana akan tinggal di Makkah, Arafah, Mudzalifah dan Mina.(Republika, 12 September 2015).
Batal Berangkat, Tapi Hajinya Mabrur
Ada orang yang sudah mampu untuk melaksanakan ibadah haji ke baitullah tapi tidak jadi berangkat, apakah hajinya diterima?
Adalah Abdullah bin Mubarak menunaikan ibadah haji. Setelah selesai thowaf ulama besar tabi’ut tabi’in ini kecapain dan tertidur, dalam tidurnya beliau bermimpi yaitu melihat dua malaikat yang turun dari langit berdiskusi. Berapa jumlah jama’ah haji tahun ini, Tanya salah satu malaikat pada malaikat yang lainnya. Ada 600.000, orang jawab malaikat yang satunya. Berapa orangkah yang mabrur hajinya ?, Tanya malaikat yang satunya, kemudian dijawab oleh malaikat yang lainnya nggak ada satupun yang mabrur, padahal jama’ah haji tersebut datang dari berbagai penjuru negeri, dengan banyak biaya dan melalui perjalanan yang panjang, bagaimana mungkin semuanya tidak diterima? Ibnul Mubarak menangis. Namun lanjut malaikat yang satunya, ya ada satu orang yang yang hajinya mabrur, namanya Ali bin Muwaffaq seorang dari Damaskus yang berprofesi sebagai tukang sepatu. Sebenarnya dia tidak berangkat haji, tapi Allah menerima hajinya dan mengampuni dosanya. Bahkan berkat dia seluruh jam’ah haji yang sekarang ada di tanah suci ini diterima hajinya oleh Allah SWT.
Abdullah bin Mubarak sangat bahagia, ia bersyukur hajinya dan haji seluruh jama’ah diterima. Kemudian terbangun dari tidurnya. Setelah selesai prosesi haji, maka ia pergi ke Damaskus untuk menemui Ali bin Muwaffaq yang bekerja sebagai tukang sepatu. Setelah menceritakan kisahnya secara lengkap, lalu Abdullah bin Mubarak bertanya kepada Ali bin Muwaffak tentang amal apa yang menyebabkan hajinya mabrur padahal dia tidak berangkat haji.
Ali bin Muwaffak mengatakan memang benar aku tidak jadi berangkat haji. Sebelum aku berangkat ke tanah suci, aku dan isteriku mencium aroma masakan yang sedap. Pada waktu itu isteriku sedang hamil jadi sangat ingin masakan itu, lalu ku cari sumbernya-ternyata tetanggaku yang sedang masak. Bolehkah aku meminta sedikit dari masakan itu untuk isteriku? Kata Ali al Muwaffak. Malah tetanggaku menjawab, kami sudah beberapa hari tidak makan, di rumah ada anakku dan anak-anak yatim, karena kami tak punya apapun untuk dimakan, maka pada hari ini kami mendapatkan keledai mati tergeletak lalu kami memotong dan memasaknya, makanan ini tidak halal untuk kalian. Mendengar itu aku merasa tertampar sekaligus sangat sedih kata Ali al-Muwaffak, bagaimana mungkin aku berangkat haji, sementara tetangguku tidak bisa makan. Maka kuambil seluruh uangku sejumlah 300 dirham dari hasil pekerjaanku sebagai tukang sepatu yang kukumpulkan bertahun-tahun lamanya, dan diserahkan pada tetanggaku untuk memberi makan anak dan keluarganya.
Kisah Ali bin Muwaffak ini memberi pelajaran buat kita, betapa sedekah bisa lebih baik dari haji dalam kondisi tertentu.  Yusuf Qardhawai dalam Fatwa Kontemporer menulis, pintu-pintu amal sunah untuk memperoleh kebaikan itu banyak dan luas. Allahpun tak akan mempersempitnya. Meski haji dan umrah masuk dalam salah satu rukun Islam yang kelima dan ibadah dengan kandungan pahala berlipat ganda, bukan berarti tidak ada amal lain yang tak bisa kita kerjakan.
Karena itu, kisah ibnul Mubarak dan Ali Muwaffak boleh jadi menjadi hikmah bagi kita. Saat tetangga atau famili kelaparan ketika kita tidur kenyang.
Wallahu a’lam bi al-shawaab.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.