ORANG MISKIN-PUN MENGADU KEPADA
RASULULLAH
OLEH : MASYKUR H MANSYUR
(IAIN SYEKH NURJATI CIREBON DPK UNSIKA KARAWANG)
(IAIN SYEKH NURJATI CIREBON DPK UNSIKA KARAWANG)
Suatu hari ada serombongan orang fakir miskin dari
golongan muhajirin datang menemui Rasulullah saw mengadukan dan mengeluhkan
permasaahannya kepada Rasulullah. Mereka bukan mengadukan tentang kesulitan
hidup yang berat atau hutang yang menumpuk. Tetapi mereka mengeluhkan sikap
orang-orang kaya di kalangan sahabat beliau. Apakah mereka dizalimi atau
direndahkan oleh orang-orang kaya itu?. Apakah hak-hak mereka dirampas oleh
orang-orang kaya tersebut?. Lalu apa sebenarnya yang mereka adukan itu.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه
– قَالَ جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا
ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ
الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ
فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ،
وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ
أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ
خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ
تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا
وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا
وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا
وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ،
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ
ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada
orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka
berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan
yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana
kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji,
berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut
kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan
dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama
daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian
lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap
akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga
kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun
kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah
wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR.
Bukhari no. 843).
Abu Shalih yang meriwayatkan hadits
tersebut dari Abu Hurairah berkata,
فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ
الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ »
Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap
Rasulullah saw, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang
kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan
sepeti yang kami lakukan.” Rasulullah saw kemudian mengatakan, “Inilah karunia
yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (surat an-Nur
[24]:[38). (HR. Muslim no. 595).
Hadits berikut menjelaskan lagi tentang urgensi kalimat thayyibah tersebut
قَالَ عَلِيٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا
السَّلاَمُ شَكَتْ مَاتَلْقَى مِنْ أَثَرِالرَّحَى فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ فَاْنَطَلَقَتْ فَلَمْ تَجِدْهُ فَوَجَدَتْ
عَائِشَةَ فَأَخْبَرَتْهَا فَلَمَّا جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ بِمَجِِئِ فَاطِمَةَ فَجَاءَ النَّبِىُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْنَا وَقَدْ اَخَذْنَا مَضَا جِعَنَا فَذَ هَبْتُ
لاِقُوْمَ فَقَالَ : عَلَى مَكَا نِكُمَا فَقَعَدَ بَيْنَنَا حَتَّى وَجَدْتُ
بُرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِى وَقَالَ : أَلاَ أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا
سَأَلْتُمَانِى إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا تُكَبِّرَا أَرْبَعًا وَ
ثَلاَثِيْنَ وَتُسَبِّحَاثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَتَحْمَدَا ثَلاَثَةً
وَثَلاَثِيْنَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ.
“Ali berkata, bahwa Fathimah datang kepada Nabi untuk mengeluhkan
tangannya yang lecet, akibat gilingan miliknya. Lalu pada saat itudia mendengar
ada seorang tawanan yang mendatangai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka
Fathimah bertolak, namun tidak bertemu dengan beliau. Dia mendapatkan Aisyah.
Lalu dia mengabarkan kepadanya. Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tiba, Aisyah mengabarkan kedatangan Fathimah kepada beliau. Lalu beliau
mendatangi kami, yang kala itu kami hendak berangkat tidur. Lalu aku siap
berdiri, namun beliau berkata. ‘Tetaplah di tempatmu’. Lalu beliau duduk di
tengah kami, sehingga aku bisa merasakan dinginnya kedua telapak kaki beliau
menyentuh perutku. kemudian beliau berkata. ‘Maukah kalian, kuajarkan kepadamu sesuatu yang lebih baik
dari pada apa yang engkau minta kepadaku. Apabila engkau hendak tidur, maka
bertakbirlah tiga puluh empat kali, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan
bertahmidlah tiga puluh tiga kali, maka itu lebih baik bagimu daripada seorang
pembantu”.
Pada riwayat yang lain; Fatimah berkata kepada Rasulullah,
Ya Rasulullah, aku dan Ali hanya hanya memiliki sebuah alat tidur dari kulit
kambing. Malam hari kai gunakan untuk tidur dan pagi hari kami gunakan sebagai
tempat rumput untuk memberi makan unta. Rasulullah menjawab wahai putriku,
bersabarlah selama sepuluh tahun Musa as dan isterinya hanya mempunyai satu
alas tidur, itupun adalah mantel milik Musa yang jika malam hari, dihamparkan
untuk tidur. Bertaqwalah kepada Allah dan tetaplah sempurna kewajibanmu dan
pekerjaan rumahmu, ketika kamu berbaring, maka bacalah subhanallah 33 kali,
Alhamdulillah 33 kali dan Allahu Akbar 34 kali, karena itu lebih baik dari pada
mempekerjakan hamba sahaya, aku rida kepada Allah dan Rasul-Nya jawab Fatimah.
Tentang
kalimat tasbih misalnya betapa langit dan bumi bertasbih kepada Allah SWT,
al-Qur’an surat al-Isra’ 17:[44].
تُسَبِّحُ
لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ
إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن
لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ
حَلِيمًا غَفُورٗا ٤٤
44. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada
di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Begitu
pentingnya kalimat tasbih tersebut, sehingga langit, bumi dan segala isinya,
semuanya bertasbih kepada Allah SWT. Tunduk dan patuh melaksanakan
perintah-Nya, baik dengan lidah atau dengan perbuatan atau dengan bukti
kepatuhan.
Pertanyaannya bagaimanakah bentuk bertasbinya
mahluk tersebut, Prof. Wahbah az-Zuhaili dalam tafsir al-Munir mengatakan,
tasbih manusia adalah dengan ucapan “subhanallah” dan ini adalah hakiki. Sedangkan,
dari benda mati dan lainnya, keberadaan benda-benda itu menunjukkan kesucian
Allah SWT, dan ini adalah majas. Namun, sebagian ulama mengatakan bahwa tasbih
benda-benda mati adalah hakiki juga, yakni nyata berupa ucapan. Akan tetapi
manusia tidak mengerti tasbih mereka. Karena tasbihmereka berbeda dengan bahasa
kalian. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam dalam Shahih Bukhari dan Ibnu Mas’ud,
bahwa dia berkata, dahulu kami mendengar tasbih makanan ketika sedang dimakan.
Prof. Hama dalam tafsir al-Azhar menjelaskan
bahwa, pengetahuan kita tentang ilmu tumbuh-tumbuhan misalnya, entang
terjadinya pohon yang besar berasal daripada biji yang kecil, berangsur dia
hidup sejak dari dua helai daun sampai berdahan, bercabang, beranting, berdaun,
dan menghasilkan buah, dapatlah kita paham bahwa itu pun tasbihnya terhadap
Allah.
Keutamaan kalimat tersebut sebagaimana hadits
sebagai berikut;
جَاءَ أَعْرَبِيٌّ إلي رسولِ اللّهِ فَقَالَ: عَلِّمْنِي كَلَامًا أَقُوْلُهُ. قَالَ : قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًاسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.لاَحَوْلَولاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِا اللهِ
الْعَزِيْزِ الحَكِيم قَالَ
فَهَؤُلآءِ لِرَبِّي فَمَا لِي . قَالَ قُلْ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي
وارحَمْنِي وَاهْدِيْنِي وَارْزُقْنِي
Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah saw, lalu disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya.
Allah Maha Besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha Suci Allah, Tuhan
sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha
Mulia lagi Maha Bijaksana.’ Orang Badui itu berkata: “Kalimat
itu untuk Tuhanku, mana yang untukku? Rasul saw bersabda: ‘Katakanlah: Ya Allah! Ampuni-lah aku, kasihanilah aku,
berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.
Wallahu a’lam bi al-shawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar