Khutbah Jum’at Tawakal Oleh: Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)




Salam, hamdalah, shalawat, taqwa,

Imam al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin mengatakan tawakal adalah menyandarkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa dan hati yang tenang.
Artinya tawakal merupakan manifestasi dari keyakinan dalam hati yang memberikan motivasi kepada manusia dengan kuat untuk menggantungkan harapan kepada Allah SWT dan menjadi tolok ukur tingkat keimanan seseorang kepada Allah SWT. dengan kata lain di samping Islam mendidik umatnya berikhtiar dulu untuk kemudian berusaha. Hanya semata-mata tergantung kepada Allah itulah tawakal yang sesungguhnya. Dalam hal ini setiap muslim menyerahkan iman dan keyakinannya kepada Allah dalam semua urusan, maka pada suatu saat nanti mereka akan menemukan keajaiban tawakal. Hanya kepada Allah orang mukmin bertawakal.
Dalam surat Ali Imran [122]
إِذۡ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمۡ أَن تَفۡشَلَا وَٱللَّهُ وَلِيُّهُمَاۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١٢٢
Artinya ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal

Penekanan dari tawakal bukan berarti tinggal diam, tanpa kerja dan usaha, bukan menyerahkan semata-mata kepada keadaan dan nasib dengan sekedar berpangku tangan duduk manis dan menanti apa-apa yang akan terjadi. Bukan merupakan maksud dari tawakkal yang diajarkan oleh al-Qur’an kalau demikian kedaannya, melainkan bekerja keras dan berjuang untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian baru menyerahkan diri kepada Allah supaya tujuan itu tercapai berkat, rahmat dan dan inayah-Nya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda dari Ja’far bin Umar ia berkata telah datang seorang laki-laki yang mengendarai unta, kepada Rasulullah ia berkata “Wahai Rasulullah apakah aku membiarkan unta ini dan bertawakal kepada Allah” ? atau melepaskan lalu bertawakal kepada Allah ?. Rasul menjawab tambatlah unta itu lalu bertawakallah. H.R. Ibnu Hibban
عن جعفر بن عمرو بن أمية عن أبيه قال: قال رجل للنبي صلى الله عليه وسلم أرسل ناقتي وأتوكل قال: "اعقلها وتوكل"
Imlementasi dari hadits ini adalah sekiranya kita perhatikan hadits tersebut, maka jelas bahwa Rasulullah SAW memerintahkan agar seseorang berusaha atau berikhtiar terlebih dahulu baru kemudian bertawakal. Artinya, manusia tidak boleh berdiam diri, berpangku tangan, berenak-enakan, atau bermalas-malasan, sementara urusannya diserahkan begitu saja kepada Allah SWT. hal ini diperkuat dalam firman Allah pada surat Ali Imran [159]

Allah berfirman dalam surat Ali Imra [159]
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
Hikmah Tawakal
Pertama, orang yang bertawakal kepada Allah akan mendapat perlindungan, pertolongan dan bahkan anugerah dari Allah SWT sebagaimana ditegaskan di dalam Surah Al-Anfal, ayat 49, yang berbunyi: 
 وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٤٩
"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Orang-orang yang senantiasa bertawakal kepada Allah dalam setiap urusannya, Allah akan menunjukkan bukti keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya. Tentu kita ingat bagaimana ketika Rasulullah hendak dibunuh dengan diacungi sebilah pedang terhusnus oleh seorang kafir Quraisy bernama Suraqah bin Malik.
Kisah ini diceritakan oleh Dr. Syekh Abdul Fattah Abu Guddah, dalam ta’liq atas kitab Risalah al-Mustarsyidin, bahwa ada seorang tabi’in Abu Mu’allaq beliau menyewa kuda dengan kusirnya, tiba-tiba kusirnya melewati daerah yang banyak tulang belulang dan tengkorak manusia, dan berhenti di situ. Saat itu dia langsung ingin membunuh Abu Mu’allaq. Abu Mu’allaq bilang bahwa dia akan menyerahkan selruh hartanya, tapi biarkan dia pergi bebas, tapi sang kusir tetap bersi keras akan membunuhnya. Ia berkata; hartamu adalah hartaku dan aku tetap akan membunuhmu, Abu Mu’allaq hanya ingin minta supaya dibolehkan shalat empat rakaat sebelum dibunuh, dan ia dibolehkan shalat, dan akhirnya shalatlah Abu Mu’allaq dan di akhir sujudnya beliau berdo’a
يَاوَدُوْدُ يَاذَالْعَرْشِ الْمَجِيْدِ يَافَعَّالُ لِمَا يُرِيْدُ أَسْأَلُكَ بِعِزَّتِكَ الَّتِي لاَتُرَامُ وَبِمُلْكِكَ الَّذِيْ
لاَ يُضَامُّ وَبِنُوْرِكَ الَّذِيْ مَلَأَ أَرْكاَنَ عَرْشِكَ أَنْ تَرْحَمَنِيْ
“Wahai Dzat Maha Pengasih, wahai Dzat yang memiliki Arsy yang mulia, wahai Dzat yang melakukan apa yang dikehendaki, aku mohon kepada-Mu dengan izzah-Mu yang tidak basa dicapai oleh siapapun, kerajaanMu yang tidak Bisa digeser, dan cahaya-Mu yang memenuhi pojok Arsy-Mu hendaklah Engkau merahmatiku.”
            Benar saja, di akhir shalat beliau datanglah seorang penunggang kuda yang lengkap dengan senjatanya, dan langsung membunuh pemilik kendaraan, lalu Abu Mu’allaq bertanya kepada sang penunggang kuda tadi, “siapa engkau hari ini aku diselamatkan Allah denganmu “ ia menjawab, “saya malaikat penjaga langit keempat, langit bergetar dengan do’amu maka minta idzin kepada Allah untuk menolongmu, dan siapa yang berdo’a dengan do’a ini, akan ditolong oleh Allah SWT’.

Kedua, orang yang sabar dan bertawakal kepada Allah SWT akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nahl, ayat 41
ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٤٢
42. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal
Orang-orang yang selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupannya, akan selalu mendapat balasan dari Allah SWT, tidak hanya balasan kebaikan di dunia tetapi terlebih balasan di akhirat nanti. 
Mereka adalah (orang-orang yang sabar) di dalam menghadapi penganiayaan kaum musyrikin dan berhijrah demi untuk memenangkan agama Islam (dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakal) maka Allah pasti memberi mereka rezeki dari jalan yang tiada mereka perhitungkan sebelumnya. Yaitu dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
Ketiga, orang yang bertawakal hidupnya akan dicukupkan oleh Allah SWT sebagaimana ditegaskan dalam Surah Ath-Thlaaq, ayat 3: 
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Ayat tersebut merupakan jaminan dari Allah SWT bahwa orang-orang yang hatinya senantiasa bertawakal kepada-Nya, akan dicukupi seluruh keperluan hidupnya, baik secara material maupun spiritual. Orang-orang yang hidupnya dicukupi oleh Allah SWT tidak mungkin mengalami kekurangan meskipun bisa saja orang itu orang sederhana dan bukan orang kaya. Demikian pula, orang-orang kaya yang hatinya selalu bertawakal kepada Allah tidak akan mengalami kekhawatiran akan bangkrut sebab Allah akan selalu mencukupinya.
Al-Qur’an surat al-Syura 27
وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرُۢ بَصِيرٞ ٢٧
27. Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti menafsirkan ayat tersebut ialah (Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya) semuanya (tentulah mereka akan melampaui batas) semuanya akan melampaui batas, tentulah mereka akan berlaku sewenang-wenang (di muka bumi, tetapi Allah menurunkan) dapat dibaca Yunazzilu atau Yunzilu, yakni menurunkan rezeki-Nya (apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran) maka Dia melapangkan rezeki itu kepada sebagian hamba-hamba-Nya, sedangkan yang lainnya tidak, dan timbulnya sikap melampaui batas ini dari melimpahnya rezeki. (Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hambanya lagi Maha Melihat). Wallahu a’lam bi al-shawaab.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.