Khutbah Jum’at
Konsep Ilmu dalam Islam
Oleh: Masykur H Mansyur (IAIN Cirebon DPK Unsika Karawang)
Suatu saat Sayyidina Ali didatangi beberapa orang dan menanyakan
manakah yang lebih mulia ilmu atu harta.
Ali r.a, menjawab “lebih mulia ilmu” ilmu menjagamu, harta harus kamu
menjaganya, ilmu bila kamu berikan bertambah, harta berkurang, ilmu warisan
para Nabi, harta warisan Fir’aun dan Qarun, ilmu menjadikan kamu bersatu, harta
bisa membuat kamu berpecah belah.
Kemudian
Nabi Sulaiman disuruh memilih antara ilmu dan harta ternyata dalam hadits yang
diriwayatkan oleh ad-Dailami Nabi Sulaiman memilih ilmu.
حُيِّرَ سُليمانُ بين المالِ, والمُلْكِ ,
والعِلمِ , فا خْتارَ العِلْمِ فَأُعْطِيَ المُلْكَ والمَالَ
Nabi
Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia
memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda.
Hadirin
Rahimakumullah.
Dalam perspektif Islam haruslah menjadikan
aktivitas keilmuan sebagai aktivitas utama umat Islam. Sehingga kedudukan ilmu
sangat sentral dalam Islam. Allah memerintahkan agar aktivitas pencarian ilmu, penguasaan
dan pengembangan ilmu pengetahuan itu tidak boleh berhenti, tapi harus terus
menerus sebagai proses yang berkesinambungan, dan berlangsung seumur hidup, (minal
Mahdi ilallahdi), Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah life long
education dalam sistem pendidikan modern.
Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah sentral,
sehingga Allah memerintahkan agar aktivitas mencari ilmu tidak boleh berhenti,
walaupun dalam kondisi perang sekalipun. Allah berfirman dalam al_qur’an surah
at-Taubah ayat 122.
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ
كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ
لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ
إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Proses pencarian ilmu sebagaimana peradaban
Islam mencatat bahwa ulama yang sangat tinggi kecintaanya pada ilmu, Jabir ibn
Abdullah ra, misalnya menempuh perjalanan sebulan penuh dari kota Madinah ke
kota Arisy di Mesir hanya untuk mencari satu hadits. Ibnu al-Jauzi menulis
karya lebih dari 1000 judul. Imam Ahmad pernah menempuh perjalanan ribuan
kilometer untuk mencari satu hadits, bertani untuk mencari rezeki dan masih
membawa-bawa tempat tinta pada usia 70 tahun. Imam Bukhori menulis Kitab Shohihnya
selama 16 tahun dan selalu sholat dua rakaat setiap kali menulis satu hadits,
serta berdo’a meminta petunjuk Allah. Imam Nawawi (w,676 H.), penulis kitab
Riayadhus Sholihin, al-Majmu, dan Syarah Shohih Muslim bahwa beliau belajar 8
cabang ilmu dari subuh sampai larut malam.
Orang-orang yang berilmu dan menyibukkan
dirinya dengan majelis-majelis ilmu, disamping mereka beriman kepada Allah
tentu mereka mempunyai derajat yang terhormat.
Dalam sebuah hadits diceritakan bagaimana
posisi orang yang mencari ilmu.
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ
الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُلَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِوَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِعَلَى سَائِرِالْكَوَاكِبِ إِنَّ
الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُو ادِينَارًا وَلَادِرْهَمًا إِنَّمَاوَرَّثُواالْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَبِحَظٍّ وَافِرٍ.رواه
إبن ماجه
"Barangsiapa meniti jalan untuk
mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat
akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang
penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan
yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah
adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah
pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan
tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah
mengambil bagian yang sangat besar.
Hadirin Rohimakumullah.
Dasar pendidikan dalam Islam menurut
Prof. Azyumardi Azra adalah berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah. Ijtihad, nilai
sosial kemasyarakatan dan warisan pemikiran Islam.
Karena kedudukannya yang sangat
mulia, ilmu juga memiliki tujuan yang mulia. Dalam Islam tujuan mencari ilmu
adalah untuk mengenal Allah (ma’rifatullah) dan meraih kebahagiaan (sa’adah).
Menegenal Allah adalah dengan
mengenal ayat-ayat-Nya, baik yang bersifat kauniyah maupun ayat qauliyah.
Sedangkan kebahagiaan menurut
The Oxford English Dictionary adalah happiness is good fortune or luck
in life or in particular affair; success, prosperity. Menurut pandangan ini
kebahagiaan adalah sesuatu yang ada diluar manusia, dan bersifat kondisional.
Jika dia sedang berjaya, maka disitu ada kebahagiaan, jika sedang jatuh maka
hilanglah kebahagiaan itu, Jadi menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang
abadi, yang tetap dalam jiwa manusia.
Prof. Naquib Al-Attas mengatakan bahwa kebahagiaan adalah bukan merujuk
kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat
basyari, dan bukan pula dia suatu keadan akal-fikir insan yang hanya dapat
dinikmati dalam akal fikiran dan nazar akali belaka. Kesejahteraan dan
kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak
yang dicari-cari itu, yaitu keadan diri yang yakin akan hak Ta’ala-dan penuaian
amalan yang dikerjakan berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.
Inilah yang disebut sebagai ilmu
yang mengahantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga
pendidikan, harus mampu mengantarkan sivitas akademikanya menuju kepada tangga
kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati yang terkait antara
dunia dan akhirat. Kriteria inilah yang harusnya dijadikan patokan utama,
apakah suatu program pendidikan berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan
bukan hanya diukur dari berapa mahalnya uang bayarannya, berapa banyak
mahasiswayang diterima di perguruan tinggi tersebut, tapi apakah pendidikan itu
mampu melahirkan manusia-manusia beradab yang mengenal dan bahagia kepada sang
pencipta.
Semoga para pencari ilmu, menjadi
orang yang paling takut kepada Allah yaitu orang yang mengetahui kebesaran dan
kekuasaan-Nya. sebagaimana firman-Nya dalam surat Faatir ayat 28
إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ
مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ٢٨
Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.
Yang dimaksud ulama disini adalah
orang-orang yang mengetshui ilmu kebesaran dan kekuasaan Allah.
Semoga Allah SWT mengampuni dosa
orang tua kita, dosa guru-guru kita dan dosa seluruh kaum muslimin wal
muslimat.
Wallahu a’lam.
بارك الله لى ولكم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar