Khutbah Jum’at Judul: Ramadhan Karim Oleh Masykur H Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)


Mungkin ada diantara kita yang bertanya kenapa bulan ramadhan ini dikatakan sebagai bulan yang mulia atau bulan yang agung atau yang sering kita ucapkan Ramadhan Kariim.
Diriwayatkan dari Salman r.a., ia berkata, “Rasulullah saw, pernah menyampaikan khutbah kepada kami pada akhir bulan Sya’ban. Beliau bersabda;
Wahai saudara-saudara sekalian, bulan yang agung dan penuh berkah sudah hampir tiba, bulan yang didalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang puasanya ditetapkan oleh Allah sebagai kewajiban dan shalat malamnya sebagai ibadah sunnah. Barang siapa melakukan sebuah amal sunnah di dalamnya, maka ia seperti orang yang menunaikan sebuah amal fardhu di luarnya; dan barang siapa melakukan sebuah amal fardhu di dalamnya, maka dia terhitung seperti orang yang menunaikan tujuh puluh amal fardhu di luarnya. Dia adalah bulan kesabaran, dan pahala kesabaran adalah surga. Dia adalah bulan penghiburan (kepada kaum miskin). Pada bulan tersebut rezeki seorang mu’min bertambah. Barang siapa memberi buka kepada seorang yang berpuasa, niscaya dosa-dosanya akan diampuni, dirinya akan dibebaskan dari neraka, dan dia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa berkurang sedikit pun pahalanya.
            Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua orang punya harta untuk memberi buka kepada orang yang berpuasa”! Rasululah bersabda, Allah memberi pahala ini kepada siapa pun yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, meskipun hanya dengan sebutir kurma, seteguk air putih, atau campuran susu.
Bagian awal bulan ini adalah rahmat, bagian tengahnya adalah ampunan dosa, dan bagian akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Barang siapa memberi budaknya keringanan dari pekerjaan pada bulan ini, niscaya Allah akan mengampuni dosanya dan membebaskan dari neraka. Perbanyaklah melakukan empat perkara dalam bulan ini, dua diantaranya untuk membuat Tuhan kalian ridha, dan dua lagi pasti kalian perlukan. Dua perkara untuk membuat Tuhan kalian ridha adalah mengucapkan syahadat laa ilaaha illa-llah (tiada Tuhan selain Allah) dan beristighfar, sedangkan dua perkara yang pasti kalian perlukan adalah memohon surga kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari neraka. Barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah akan memberinya minum dari telagaku, sehingga dia tidak akan haus lagi sampai dia masuk surga
Sungguh lengkap sudah apa yang dikhutbahkan oleh baginda Rasulullah saw, tentang berbagai kemuliaan yang diperuntukkan bagi manusia yang melaksanakan ibadah, baik ibadah sunah maupun ibadah wajib di bulan ramadhan ini.

Dalam sebuah hadits disebutkan
لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ ما فيِ شَهرِ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى اَنْ يَكُوْنَ شَهْرُ رَمَضاَنَ سَنَةً
ِِِArtinya, seandainya manusia mengetahui besarnya pahala yang tersedia di bulan ramadhan, niscaya dia berharap bulan ramadhan itu sepanjang tahun, (hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
Dan pahalanya Allah sendiri yang melipatgandakannya sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Setap amal manusia dilipatgandakan pahalanya, satu amal kebaikan diberi pahala sepuluh, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman kecuali puasa, sebab puasa adalah untuk-Ku, dan Akulah yang memberi pahala atasnya.
Karena sesungguhnya yang diinginkan oleh orang yang berpuasa adalah taqwa kepada Allah swt. sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Baqarah 2 : [183].
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam tafsir al-Maraghi (vol. 2, p. 117-118), puasa adalah untuk mempersiapkan diri dalam bertaqwa, hal ini dapat dilihat dari sikap yang menonjol diantaranya adalah; puasa ini dapat membiasakan seorang untuk takut kepada Allah, baik dalam keadaan sendiri atau dengan banyak orang. Sebab orang yang melakukan ini tidak ada pengawas yang mengawasi kecuali Tuhannya. Jika mereka meninggalkan keinginan yang ada dihadapannya, seperti makanan enak, minuman segar, buah yang matang dan isteri cantik di dalam rangka menjalankan ibadah puasa dan taat akan perintah Tuhan selama satu bulan penuh, berarti ia telah membiasakan diri untuk bertaqwa kepada Allah Swt. Sebab, jika tidak demikian, maka dia tidak akan kuat menahan keinginan-keingainan tersebut. Semakin berulangnya melakukan puasa, berarti telah membiasakan diri untuk bersikap malu terhadap Allah yang selalu mengawasi gerak-geriknya di dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu, berarti pula puasa itu dapat menyempurnakan diri dan berlatih untuk mengekang hawa nafsu, mengingat kemauan hawa nafsu selalu mengiringi manusia kemana ia pergi.
Siapapun yang mempunyai sifat-sifat tersebut secara lengkap, pasti tidak akan berani melakukan penipuan terhadap oerang lain, juga tidak akan berani memakan harta mereka dengan jalan batil. Ia juga tidak akan berani meruntuhkan salah satu rukun Islam, zakat misalnya. Ia juga tidak berani melakukan berbagai perbuatan munkar dan berdosa. Jika ia terpaksa melakukan perbuatan tersebut, ia akan cepat sadar kembali dan bergegas melakukan taubat.
            Disini diperlukan perlindungan diri yang tulus ikhlas kepada Allah Swt. Orang yang beriman selalu membentengi diri dengan taqwa, yaitu selalu memelihara hubungan baiknya dengan Allah Swt, Tapi pada satu sisi, manusia juga sekali-sekali terlalai, dan pada saat terlalai inilah setan mencoba mengganggu, walaupun ia orang yang bertaqwa. Kalau demikian kembalilah untuk bertaubat. Al-Qur’an surat al’A’raf 7 : [201] Allah berfirman
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ إِذَا مَسَّهُمۡ طَٰٓئِفٞ مِّنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبۡصِرُونَ ٢٠١
201. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya
Wallahu a’lam bi al-shawaab

Bagaimana cara mengukur tingkat ketaqwaan kita kepada Allah Swt. dlam al-Qur’an surat al-Baqarah 2:[134]
۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ  ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤

133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan




Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.